JAKARTA – Aplikasi Sistem Informasi Revisi (Sirekap) Komisi Pemilihan Umum (KPU) mulai populer di platform X akhir pekan lalu. Netizen menilai aplikasi tersebut lambat dan juga memiliki celah untuk melakukan kecurangan. Netizen mempertanyakan kehandalan dan keamanan sistem KPU.
Sekadar informasi, aplikasi Sirekap sendiri merupakan sistem perhitungan baru yang digunakan KPU. Sistem ini menggantikan Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng).
Beberapa netizen mengaku tidak bisa mengakses Sirekap. Karena kamu tidak bisa masuk. Ada yang menduga program Sirekap juga terdapat bug, istilah yang digunakan untuk menggambarkan cacat pada program komputer.
@ishbahhanifan di Platform X bilang Sirekap belum dewasa. “Ada banyak bug yang tidak dapat diselesaikan dengan pemecahan masalah sederhana, cakupan teknis tidak jelas, parsial dan terbatas pada pesan WhatsApp,” ujarnya.
Keluhan lain juga disampaikan oleh pemilik @izinbertanya yang mengungkapkan bahwa ia melihat di timeline simulasi Sirekap masih banyak kesalahan.
“Parahnya, jumlah suara salah satu pasangan calon tidak bisa disesuaikan. Bukankah menakutkan jika bug tersebut terus berlanjut hingga hari besar?”.
Drone Emprit mengatakan Sirekap membawa aura negatif. Berdasarkan analisis Drone Emprit, Sirekap paling banyak menimbulkan sentimen negatif di media sosial.
Ismail Fahmi, pendiri Drone Emprit, mengatakan analisis 3.105 diskusi publik di X (Twitter) tentang Sirekap pada 9 Februari 2024 adalah 78% negatif dan 22% positif.
Tweet terbesarnya menanyakan apakah foto C1 plano bisa diakses publik seperti tahun 2019. Drone Emprit pun mencatat sejumlah isu yang diperbincangkan warganet. Pertama, sebuah pertanyaan
Pembahasan Komisi Pemilihan Umum (GEC) berhenti menggunakan sistem Situng yang lama dan beralih ke sistem Sirekap. Saat itu, beberapa cuitan mengungkapkan kekhawatiran atas transparansi dan akurasi Sirekap dibandingkan Situng.
“Pengguna meragukan keandalan hasil penghitungan suara dan kemampuan melihat data penghitungan suara secara detail, seperti foto formulir C1 yang berisi ringkasan hasil setiap TPS,” kata Ismail.
Beberapa pengguna kemudian menyatakan skeptis terhadap kemampuan tim TI KPU dan mengisyaratkan bahwa mungkin ada gangguan teknis serta kurangnya komunikasi yang jelas.
Saat itu, permintaan verifikasi hasil pemilu juga dibahas. Dan tentu saja ada seruan untuk memperbaiki sistem yang mengindikasikan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap proses pemilu dan pengelolaan data pemilu.