sarkarinaukrirojgar.com, Jakarta – Isu pungutan liar alias perampokan di destinasi wisata populer mengejutkan warga cybernetic. Kali ini, praktik tercela tersebut dikabarkan terjadi di Air Terjun Tumpak Sewu, Lumajang, Jawa Timur.
Bermula dari unggahan TikTok @fernia_nirma pada Selasa, 17 Desember 2024, “Mohon pencerahannya kawan, harus bayar 3x tiket masuk Tumpak Govi?”. Video berdurasi 52 detik tersebut menampilkan “tiket” akibat pembayaran yang diminta.
Berikut pengunjungnya: “Ini saya mau ke Tumpak Sewu (Air Terjun) bareng-bareng, tapi saya bayar tiga kali. Saya bayar paling tinggi, saya masuk ke sini di tengah tol (dekat air terjun). Saya bayar, saya bayar tiga kali” Selain itu, seseorang yang diduga turis “warga setempat merekam momen dia berdebat dengan para bandit karena mereka harus membayar tiket masuk sebanyak tiga kali.
“Jika itu terjadi, pariwisata bisa musnah,” ujarnya. Pada saat penulisan, klip tersebut telah ditonton 1,4 juta kali. Tak hanya itu, ada pengguna TikTok lain yang mengungkapkan keluhan serupa. Ia mengaku harus membayar bukan tiga kali, melainkan empat kali untuk mengunjungi Air Terjun Niagara, Indonesia.
“Awalnya tol kena 3x, sekarang kena 4x. Solusi @Jatimemprow @PRABOWO SUBIANTO harus dikontrol ketat oleh pemerintah agar situasi lama tidak bertahan dan berlanjut #tumpaksewu #tumpaksewuwaterfall #kastumpaksewu #pungli @ Gerindra @ Gibran Rakabuming,” ujarnya pada hari Selasa, akun TikTok @syaifularieef mengeluh.
Dalam video tersebut, pengguna merekam dirinya sedang berdebat dengan beberapa orang yang memintanya mengembalikannya. Ia terdengar menolak sambil menunjukkan tiket sebagai bukti pembayaran sebelumnya. Setelah banyak perdebatan, seorang pria yang tampak seperti turis diundang untuk membawa rombongan turis asing.
“Berapa bayarnya?? Total (Wisatawan Asing) ($150.000),” tanya salah satu pengguna video tersebut. Tak butuh waktu lama, video tersebut berhasil disebar oleh netizen. Banyak yang mengecam perampokan yang sayangnya masih terjadi di beberapa tempat wisata lokal.
“Iya, pintu masuk Air Terjun Bir, 30rb lagi…kalau tahu banyak, saya tidak akan ke Tumpak Sewu,” kata salah satu pengguna. “Dulu panorama dan air terjunnya hanya 2 pemandangan, sekarang banyak sekali,” ujarnya. “Perhatikan bahwa Anda tidak menginginkannya. Dua ribu orang kulit hitam (itulah intinya), jaga ketenangan pariwisata karena penjarahan… tetap semangat.”
“Ini untuk kepentingan masyarakat sekitar, demi keselamatan para tamu, dan hanya 25 ribu/tiket/orang ditambah tol…murah banget.” “Iya untuk bajak laut lokal,” jawab yang lain.
Pengamat Pariwisata Chusmeru mengatakan perampokan akan marak terjadi di kawasan wisata, terutama saat musim libur Tahun Baru 2024 dan 2025.
Perampokan biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memanfaatkan keramaian wisatawan, kata Chusmeru kepada Bisnis sarkarinaukrirojgar.com pada 19 Desember 2024. .
“Hal ini dapat dilakukan dengan meminta bukti pembayaran atau tiket dengan tarif resmi, atau dengan melaporkan pungutan liar tersebut kepada manajemen atau pemerintah daerah.” Ia juga meminta otoritas pariwisata membuka pusat layanan masyarakat untuk memenuhi permintaan.
“Pengelola pusat pariwisata dan pemerintah daerah hendaknya menyiapkan ruang pengaduan terhadap pelayanan yang diberikan kepada wisatawan, selain menyiapkan lokasi Nataru yang menjamin keselamatan dan keamanan wisatawan,” ujarnya. “Jadi, jika terjadi perampokan atau tindak pidana selama perjalanan, pemudik bisa melaporkannya ke kantor pengaduan.”
Sebelumnya, Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Pancar di Desa Karang Tengah, Babakan Madang, Bogor, Jawa Barat, sepi pengunjung akibat dugaan penjarahan. Menanggapi hal tersebut, Heri Antasari, Pj Wali Kota Bogor dan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jabar Heri Antasari mengatakan, pihaknya telah melakukan pertemuan khusus dengan Pj Gubernur Jabar Bei Makmudin. Satgas Perampokan Sabre Provinsi Jawa Barat menangani masalah ini.
“Gunung Bit bukan wilayah saya, tapi sangat menyedihkan,” ujarnya dalam konferensi pers hybrid mingguan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pada 7 Oktober 2024. akan segera selesai dan bisa hidup kembali di Gunung Panjar (pariwisata). “
Melanjutkan hal tersebut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) saat itu Sandiaga Uno mengatakan, pihaknya telah memenuhi keinginan banyak masyarakat untuk bahu-membahu memulihkan aktivitas pariwisata di TWA Gunung Pankar. “Sejauh ini saya bilang kalau wisatawan di bawah tekanan (harga), mereka akan menyerah,” ujarnya.
“Kami akan membangun (TWA Gunung Pancar) dengan pendekatan kelompok edukasi pariwisata (pokdarwis), dan kami juga akan melibatkan media, pemerintah kota setempat, dan pemerintah desa. Kami akan membangunnya sebagai desa wisata yang akan memberikan lebih banyak informasi kepada masyarakat setempat. Pendekatannya,” jelas Menparekraf.
Menurut Sandiaga Uno, masyarakat Jabar mengapresiasi berbagai inisiatif pariwisata. “Kemudian seperti di desa wisata lainnya, pembiayaan akan terintegrasi, dan Anda bisa membayar secara digital sehingga pengalaman perjalanan menjadi menyenangkan, aman, dan nyaman,” ujarnya.