BEKASI – Memperingati hari jadinya yang pertama pada tanggal 21 Agustus 2024, Fakultas Kedokteran Universitas Presidency (Presuniv) menggelar serangkaian acara. Mulai dari pemotongan tumpen, lomba anak sehat hingga diskusi sehat membahas masalah kesehatan atau office syndrome.
Acara health talk yang diadakan pada hari Senin, 26 Agustus membahas tentang penanganan penyakit kantor di tempat kerja. Dua pembicara naik ke panggung pada acara tersebut. Mereka adalah Dr Ardini Sapthaningshi Laxanagara dan Dr Rima Melati.
Ardini adalah dosen di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Sedangkan Rima Melati merupakan dosen Fakultas Kedokteran Presniv dan Ketua Komite I Komnas Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Aldini mengatakan, sindrom tersebut merupakan sekelompok gejala yang disebabkan oleh postur tubuh yang buruk dan kebiasaan kerja yang tidak ergonomis. Ada berbagai alasan mengapa gejala ini muncul.
Misalnya duduk dalam waktu lama, duduk di depan meja atau kursi, menggunakan komputer dalam waktu lama, kurang istirahat, dan kebiasaan kerja yang tidak sehat seperti salah mengetik atau posisi layar komputer yang salah.
Sikap seperti ini akan menimbulkan banyak permasalahan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. “Anda akan segera mengalami nyeri otot, ketegangan mata, dan kesulitan berkonsentrasi,” katanya.
Dalam jangka panjang, kondisi ini menyebabkan gangguan postur tubuh, nyeri kronis, stres, dan gangguan mental. Jika tidak ditangani dengan serius, hal ini akan berdampak pada perekonomian melalui peningkatan biaya pengobatan dan penurunan produktivitas, kata Lima. “Semua ini merugikan negara,” katanya.
Dari segi biaya, Lima menjelaskan ada biaya langsung dan biaya tidak langsung. “Misalnya, jika Anda heteroseksual, maka biaya kesehatan Anda akan meningkat 20-30%.” Sedangkan dampak tidak langsungnya adalah produktivitas karyawan bisa turun 15-20%, dengan rata-rata ketidakhadiran 5-10 hari per tahun. Ini masalah gender,” jelasnya.
Dia juga mengutip sebuah penelitian di AS yang menemukan bahwa biaya langsung bisa mencapai $20 miliar per tahun. Biaya tidak langsung bahkan lebih tinggi, yaitu $100 miliar per tahun.
Menurut Lima, terdapat banyak wabah penyakit di Uni Eropa, dan 40% hingga 50% di antaranya tampaknya terkait dengan dunia kerja. “Kerugian akibat berbagai penyakit tersebut diperkirakan mencapai 2% hingga 3% dari produk domestik bruto Uni Eropa,” jelasnya.