sarkarinaukrirojgar.com, Jakarta – Pasangan asal California, Forest dan Kathleen saat ini sedang merasakan penghasilan yang sangat besar dengan pendapatan tahunan lebih dari US$286.000 atau sekitar Rp 4,47 miliar (dengan asumsi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sekitar 15.650). Masalah utang kartu kredit berjumlah $65.000 atau sekitar Rp 1,01 miliar.
Meski berpenghasilan cukup besar, gaya hidup mewah seperti bermain ski, bersepeda, yoga, dan pariwisata membuat mereka terlilit hutang.
Dikutip dari CNBC, Selasa (10/8/2024), hal tersebut mereka bicarakan dalam episode podcast bersama Ramit Sethi, jutawan mandiri dan penulis “Money for Couples”. Menurut Sethi, permasalahan utama mereka bukan hanya mahalnya biaya, namun juga belum jelasnya aturan atau prinsip pengelolaan keuangan.
Kathleen mengaku sering berpikir semuanya akan baik-baik saja tanpa terlalu memikirkan konsekuensinya. Namun Sethi menegaskan hal ini tidak bisa diselesaikan dengan membuat keputusan kecil seperti menjual sepeda mahal atau berhenti makan di luar. Baginya, hal ini ibarat permainan “whack-a-mole” dimana setiap permasalahan yang muncul hanya diselesaikan sementara, tanpa melihat akar permasalahannya.
Sethi menyarankan pasangan untuk meneliti prinsip keuangan, bukan hanya taktik. Misalnya, Forest menggunakan kartu transfer saldo dan penarikan 401(k) untuk melunasi utang, namun Sethi meminta mereka untuk berhenti menggunakan metode tersebut. Ia menekankan pentingnya aturan yang jelas, tanpa trik dan gimmick.
Pasangan itu sepakat untuk menjual barang-barang mahal seperti sepeda, mobil dan peralatan rumah tangga untuk mengurangi utang. Kathleen juga berencana untuk mulai bekerja penuh waktu agar penghasilannya bisa meningkat.
Sethi menyarankan agar mereka menetapkan aturan yang jelas tentang bagaimana menggunakan pendapatan tambahan ini, seperti memprioritaskan pembayaran utang dan menabung untuk dana darurat.
Sethi juga merekomendasikan agar pasangan bertemu dengan terapis untuk membantu mereka mengatasi masalah emosional terkait uang dan meningkatkan komunikasi di antara mereka.
Ia memperingatkan bahwa akan ada saatnya Anda mundur dan membuat kesalahan. “Tidak masalah. Yang lebih penting adalah menciptakan budaya keuangan yang sehat sehingga ketika terjadi hal seperti ini bisa dikenali dan diperbaiki,” ujarnya.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan tingkat utang di kalangan anak muda cukup tinggi. Termasuk menggunakan layanan Beli Sekarang Bayar Nanti (BNPL).
Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawasan Perilaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, mengatakan persoalan pembayar sudah menjadi perhatian dunia.
“Sebenarnya pembayarnya, saya katakan ini menjadi perhatian regulator di seluruh dunia, kita punya jaringan internasional OECD tentang platform literasi keuangan,” kata Friderica dari Indonesia usai acara Advanced Financial Literacy (LIKE IT) 2024. Di Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (5/10/2024).
Dia mengatakan forum internasional tentang pendidikan keuangan menyoroti peran generasi muda dalam membayar uang. Misalnya, budaya membayar terlambat menyebabkan akumulasi utang dalam jumlah besar di kalangan generasi muda.
“Dibahas di sana bahwa insiden seperti keterlambatan pembayaran memberi anak-anak muda ini julukan yang terlalu banyak berhutang, berhutang berlebihan,” katanya.
Meluasnya penggunaan Paylater di Indonesia juga ditangkap oleh OJK. Data yang dikumpulkan menunjukkan bahwa mayoritas pengguna PayLater adalah Zoomer (Gen Z) yang berusia antara 26-35 tahun.
Rinciannya, 26,5 persen pengguna PayLater berusia antara 18-25 tahun. Kemudian 43,9 persen penggunanya berada pada rentang usia 26-35 tahun, jumlah terbesar.
Kemudian 21,3 persen berusia antara 36-45 tahun. Selain itu, 7,3 persen pengguna berusia antara 46 dan 55 tahun, dan hanya 1,1 persen pengguna Paylater berusia di atas 55 tahun.
Dalam data yang diperlihatkan OJK juga disebutkan bahwa penggunaan Paylater terutama untuk keperluan hidup. Diantaranya, 66,4 persen adalah fesyen, 52,2 persen adalah peralatan rumah tangga, 41 persen adalah elektronik, 34,5 persen adalah laptop atau ponsel, dan 32,9 persen adalah perawatan pribadi.
Harus pintar
Presentasi Friderica mencakup seruan untuk menggunakan pembayar secara bijaksana. Setidaknya ada 4 poin yang digarisbawahi OJK.
Pertama-tama, pengguna Paylater perlu melakukan pembayaran utang agar tidak terlambat atau lupa membayar utangnya.
Kedua, pengguna ingin mengelola keuangan dengan meningkatkan pendapatan, mengurangi pengeluaran, dan menghindari hutang tambahan.
Ketiga, dalam keadaan darurat, Anda dapat menggunakan hasil penjualan barang atau tabungan Anda untuk melunasi hutang Anda.
Keempat, pengguna perlu menggunakan langkah-langkah prioritas untuk melunasi utangnya.