Mengejutkan! Ilmuwan Temukan Bukti Paus Biru Kawin dengan Spesies Lain

0 0
Read Time:1 Minute, 13 Second

BERLIN – Tim ilmuwan menemukan bukti mengejutkan bahwa paus biru, hewan terbesar di bumi, kawin dengan spesies lain.

Baca juga – Landasan Ekosistem Laut yang Sehat dari Ekonomi Biru

Seperti dilansir Science Alert, Senin (12/2/2024), penemuan tersebut didasarkan pada analisis DNA sampel paus biru yang terdampar di lepas pantai Atlantik Utara.

Penelitian baru menunjukkan bahwa hubungan antarspesies antara paus biru dan paus sirip lebih umum terjadi daripada yang kita duga, setidaknya di beberapa wilayah di dunia.

Pengurutan genom paus biru Atlantik Utara (Balaenoptera musculus musculus) mengungkapkan bahwa sekitar 3,5 persen DNA kelompok tersebut berasal dari spesies tetangganya, paus sirip (Balaenoptera physalus).

Peneliti Kanada dan Norwegia tidak memperkirakan persentase ini akan setinggi itu. Selain itu, semua sampel paus biru yang dipelajari sejauh ini memiliki setidaknya beberapa DNA paus sirip dalam genomnya, sebuah fenomena yang dikenal sebagai introgresi.

“Hasil kami memberikan wawasan pertama mengenai struktur populasi dan sejarah populasi paus biru Atlantik Utara dan mendokumentasikan tingkat perkawinan sedarah paus sirip,” tulis ilmuwan data Museum Royal Ontario, Sushma Jossey dan rekannya dalam makalah mereka. kertas. .

Anehnya, sebagian besar hewan hibrida (keturunan dari dua spesies berbeda) cenderung tidak subur – Anda mungkin pernah mendengar tentang bagal (hibrida keledai-kuda) atau liger (hibrida singa-harimau).

Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa paus biru memiliki DNA hibrida, artinya mereka memiliki gen dari paus biru dan spesies lainnya.

Spesies lain yang terlibat dalam hibridisasi ini belum diketahui secara pasti. Para ilmuwan menduga paus biru mungkin kawin dengan paus sirip, paus bungkuk, atau paus minke.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
100 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Arkeolog Klaim Temukan Reruntuhan Piramida Raksasa di Dasar Laut Baltik

0 0
Read Time:1 Minute, 19 Second

LONDON – Tim arkeolog telah menemukan sisa-sisa bangunan besar yang tenggelam di Laut Baltik. Strukturnya diperkirakan berusia sekitar 10.000 tahun, membuatnya lebih tua dari Piramida Giza di Mesir.

Penemuan tersebut mengejutkan dunia dan menimbulkan banyak pertanyaan tentang peradaban kuno yang mungkin membangunnya.

Struktur tersebut ditemukan oleh tim peneliti Swedia menggunakan sonar untuk memetakan dasar laut, Science News melaporkan pada Selasa (13/2/2024).

Sonar mengungkap adanya struktur kompleks dan besar dengan bentuk yang tidak biasa. Tim kemudian menyelam ke dalam air untuk menyelidiki lebih lanjut dan menemukan bahwa strukturnya terbuat dari batu dan kayu.

Diperkirakan diameternya sekitar 60 meter dan tinggi sekitar 4 meter. Bentuknya seperti lingkaran dengan beberapa pintu di sekelilingnya.

Di dalam gedung, peneliti menemukan beberapa ruangan dan koridor. Mereka juga menemukan banyak artefak, seperti patung dan peralatan, yang menunjukkan bahwa bangunan tersebut mungkin pernah dihuni.

Struktur tersebut diperkirakan berusia sekitar 10.000 tahun, berdasarkan analisis radiokarbon terhadap artefak yang ditemukan di dalamnya.

Penemuan ini penting karena menunjukkan bahwa peradaban yang lebih maju mungkin telah muncul di kawasan Laut Baltik lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

Para peneliti masih belum memahami sistemnya, dan masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. Dari mana asalnya? Siapa yang membangunnya? apa yang dia lakukan? Para peneliti berharap dapat melakukan lebih banyak penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan mempelajari lebih lanjut tentang peradaban kuno yang mungkin membangunnya.

Penemuan struktur ini merupakan penemuan yang sangat penting yang mungkin dapat mengubah pemahaman kita tentang sejarah peradaban manusia. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak hal di masa lalu yang belum kita ketahui, dan masih banyak hal yang masih harus kita lihat.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Kerang Raksasa Ini Lahir pada Tahun 1499 Masehi

0 0
Read Time:1 Minute, 4 Second

Beijing – Kerang quahog laut raksasa yang ditemukan di lepas pantai Islandia pada tahun 2006 (Pulau Arktik) sangatlah unik. Hewan ini dinobatkan sebagai hewan tertua yang tidak terkolonisasi dan diperkirakan berusia 507 tahun.

Umur cangkang ini dihitung dengan cara yang sama seperti umur pohon, yaitu dengan melihat cincin pertumbuhan pada kulit kayu.

Seperti dilansir IFL Science, para ilmuwan awalnya memperkirakan usianya sekitar 405 tahun, namun penanggalan radiokarbon kemudian mengonfirmasi bahwa usianya jauh lebih tua.

Di tahun Lahir sekitar tahun 1499 pada masa Dinasti Ming Tiongkok, kerang ini mendapat julukan “Ming” dari media. Penemuannya merupakan pengingat akan keajaiban dan ketahanan kehidupan di laut, serta menginspirasi kita untuk lebih memahami dan melindungi lingkungan laut yang rapuh.

Umur hewan ini sangat mengesankan: 507 tahun, jauh lebih lama dibandingkan hewan non-kolonial lainnya. Rekor sebelumnya dipegang oleh cangkang Mya arenaria selama 220 tahun.

Meski usianya sudah lanjut, “Ming Shell” dalam kondisi baik saat ditemukan. Hal ini menunjukkan umur panjang dan kemampuan spesies tersebut untuk bertahan hidup di lingkungan laut yang keras.

Cincin pertumbuhan pada cangkang kerang bertindak sebagai catatan harian sejarah, memberikan para ilmuwan informasi berharga tentang keadaan lingkungan laut selama berabad-abad.

Melihat “Ming Clam” mengingatkan kita pada keajaiban dan keragaman alam. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya melindungi lingkungan laut kita yang merupakan rumah bagi makhluk menakjubkan ini.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Pemutihan Karang Jadi Ancaman Nyata bagi Masa Depan Laut

0 0
Read Time:1 Minute, 6 Second

LONDON – Peristiwa pemutihan karang global keempat yang melanda lautan kita, menjadi pengingat yang mengerikan akan dampak perubahan iklim terhadap ekosistem laut yang rapuh. Rekor pemanasan laut memperburuk fenomena ini, menyebabkan pemutihan dan kematian karang.

Meskipun terumbu karang dapat pulih dari peristiwa pemutihan jika kondisinya membaik, paparan suhu tinggi yang parah dalam jangka panjang dapat menimbulkan konsekuensi yang fatal, IFL Science melaporkan.

Hal ini berdampak buruk tidak hanya pada kesehatan laut, namun juga pada masyarakat pesisir yang bergantung pada terumbu karang untuk penghidupan, ketahanan pangan, dan pariwisata.

Pesan ini adalah ajakan untuk bertindak. Kita harus mengurangi emisi gas rumah kaca dan memerangi perubahan iklim untuk mencegah pemutihan karang lebih lanjut dan melindungi keajaiban bawah laut ini untuk generasi mendatang.

Berikut beberapa langkah yang dapat kami ambil untuk membantu Anda:

Mengurangi emisi karbon: Beralih ke energi terbarukan, gunakan transportasi umum atau kendaraan hemat bahan bakar, dan hemat energi di rumah.

Mendukung praktik penangkapan ikan yang berkelanjutan: Pilih makanan laut berkelanjutan yang bersertifikat dan hindari produk yang berasal dari praktik penangkapan ikan yang merusak.

Mengurangi polusi laut: Hindari plastik sekali pakai, buang sampah dengan benar, dan dukung upaya pembersihan laut.

Meningkatkan Kesadaran: Menyebarkan informasi kepada orang lain tentang pemutihan karang dan pentingnya melindungi terumbu karang.

Bersama-sama kita dapat membuat perbedaan untuk melindungi lautan kita dan menciptakan masa depan yang lebih baik.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %