Laut Aceh Simpan Harta Karun Migas, Jadi Amunisi Indonesia Capai Net Zero Emission di 2060

0 0
Read Time:3 Minute, 59 Second

sarkarinaukrirojgar.com, Jakarta Subholding Gas Pertamina tengah menjajaki komitmennya untuk mengamankan pasokan gas dari lapangan migas di wilayah Aceh, melalui kerja sama dengan Conrad Energy Asia Ltd. Hal ini akan meningkatkan ketersediaan energi bersih untuk mendukung tujuan pemerintah mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060.

Kerjasama antara PGN dan Conrad dituangkan dalam Memorandum of Understanding (MOU) yang ditandatangani oleh Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN, Rosa Permata Sari, dan Managing Director dan CEO Conrad, Miltos Xinogalas.

Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Rosa Permata Sari mengatakan potensi sumber gas tersebut berada di lepas pantai wilayah Aceh dan saat ini masih dalam tahap eksplorasi lebih lanjut.

“Kolaborasi ini penting bagi kami untuk menjaga fleksibilitas pasokan gas bumi ke berbagai sektor pelanggan. Dengan potensi lokasi sumber gas di Aceh, berarti kerja sama ini akan menggunakan pasokan gas lokal untuk memenuhi berbagai pasokan di masa depan

Menurut Rosa, kerja sama tersebut tidak hanya terbatas pada kebutuhan pengamanan pasokan gas saja, namun kerja sama tersebut dapat terkait dengan pengembangan pipa gas dan infrastruktur LNG, serta kegiatan pemeliharaan fasilitas gas.

Ia berharap kerja sama ini dapat berjalan lancar dan menyeluruh sehingga dapat tercapai kerja sama di bidang perdagangan gas bumi. Dengan demikian, pasokan gas bumi PGN dapat tetap terjaga sekaligus berperan menjembatani kesenjangan antara sumber gas lokal dengan konsumen gas bumi di berbagai daerah.

“Kami menyambut baik kesepakatan dengan Conrad sehingga implementasi rencana tersebut selanjutnya dapat kami lanjutkan, tentunya dengan dukungan besar dari pemerintah Aceh.” Ke depan, seiring dengan upaya pemerintah untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060, gas akan memainkan peran penting. kata Rosa.

 

Ketua DPMPTSM Aceh Martunis yang mewakili Pj Gubernur Aceh mengatakan kerja sama antara PGN dan Conrad merupakan landasan bersama dalam pengembangan lapangan migas di Aceh. Pemanfaatan minyak dan gas bumi dapat dikembangkan di Aceh Barat sehingga menjadi salah satu mesin perekonomian masyarakat sekitar.

“Sampai saat ini PGN telah hadir di wilayah timur Aceh dan kami berharap dengan adanya proyek ini akan ada tapak PGN di wilayah barat Aceh, kami dari pemerintah akan mengawal hal ini dan memfasilitasi setiap prosesnya termasuk memastikan bahwa kami juga mendapat dukungan dari masyarakat.”

Managing Director dan CEO Konrad Miltos Xinogalas menambahkan kerja sama ini sangat penting untuk kelancaran distribusi gas bumi di pasar. Berkat teknologi, kami bisa mencairkan gas dan LNG sekaligus menguasai pangsa pasar gas Pertamina.

“Kami juga berambisi untuk mewujudkan distribusi energi yang lebih bersih,” kata Miltos. “Kami yakin transisi energi memerlukan gas karena gas merupakan energi fosil paling bersih dan dapat berperan besar dalam mencapai emisi nol bersih.”

PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) dan Subholding Gas PT Pertamina (Persero) berupaya mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar gas cair (LPG).

Direktur Utama PGN Arief Setiawan Handoko mengatakan perusahaan berperan dominan dalam menjadikan gas bumi sebagai salah satu sumber energi utama untuk mendukung transisi energi di Indonesia.

PGN menyalurkan gas bumi dari berbagai sumber pasokan ke beberapa segmen konsumen mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi hingga Papua.

Arif mengatakan dalam keterangan resmi di Jakarta, Jumat (3/1/2024) bahwa “PGN menjadi penggerak utama pembangunan jaringan gas (gargas) untuk perumahan, yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan penggunaan bahan bakar gas cair. “

PGN memiliki tiga strategi prioritas untuk mengurangi ketergantungan terhadap LPG sekaligus memperkuat landasan bisnis ke depan. Secara spesifik, Growth, Adapt and Exit (GAS) merupakan strategi PGN dalam menghadapi perubahan lingkungan bisnis energi yang sangat dinamis. 

Dari sisi pertumbuhan, PGN akan terus memastikan setiap pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sangat baik. Misalnya saja pembangunan sejumlah infrastruktur gas seperti penyaluran gas dari Gambaran Tiong Biru (JTB) ke Petrokimia Gresik, proyek pipa WNTS – Pemping yang bertujuan untuk mendorong pemanfaatan gas dari West Natuna secara optimal, serta Proyek Kilang Tuban. Ini merupakan bagian dari proyek strategis nasional.  

“PGN bertujuan untuk mencapai target pertumbuhan jangka panjang infrastruktur gas bumi nasional dengan menambah 11.000 km pada tahun 2034. Dari sisi bisnis, keikutsertaan PGN pada proyek-proyek strategis tersebut akan mendorong pertumbuhan konsumsi gas yang signifikan,” kata Arif.

Strategi prioritas kedua adalah adaptasi karena PGN terus mengoptimalkan setiap peluang pasar yang ada.  Diantaranya adalah pengembangan LNG atau bisnis LNG sebagai sumber pasokan gas bumi bagi PGN. 

“Kami akan terus beradaptasi dengan lingkungan bisnis yang terus berubah, baik lokal maupun global,” kata Arif. 

 

 

Strategi prioritas ketiga PGN adalah mulai memperkenalkan segmen bisnis baru terkait gas bumi. Salah satu inovasi yang dilakukan PGN adalah masuknya bisnis kimia seperti pabrik petrokimia dan pengolahan gas bahan kimia dasar seperti amonia dan metanol.

“Konversi gas ke bahan kimia sangat strategis dan harus segera dilaksanakan pada tahap awal PGN melalui partisipasi salah satunya pada pabrik petrokimia,” ujarnya. 

Ke depan, PGN berencana membangun infrastruktur dan mengkomersialkan biometana sebagai gas terbarukan yang dapat dihasilkan melalui pengolahan biogas. Rencana ini merupakan dukungan bagi PGN untuk mencapai peningkatan bauran energi Indonesia dari 22 persen pada tahun 2030 menjadi 24 persen pada tahun 2050.

 

Wartawan: Suleiman

Sumber: Merdeka.com

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Sumatera, Sulawesi hingga Papua Simpan Potensi Pasokan Gas Bumi Dalam Jumlah Besar

0 0
Read Time:2 Minute, 49 Second

sarkarinaukrirojgar.com, Jakarta Sub-holding gas Pertamina telah menetapkan serangkaian langkah untuk mengoptimalkan penggunaan gas bumi sebagai energi transisi menuju tujuan net zero emisi pada tahun 2060.

Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Rosa Permata Sari mengatakan PGN menerapkan prinsip keseimbangan tiga pilar kekuatan (trilema) untuk menjawab tantangan tersebut. Trilema energi mencakup keamanan energi (aman dan andal), keadilan energi (terjangkau dan tersedia), dan kelestarian lingkungan (hijau dan bersih).

“Dukungan Pertamina Gas melalui PGN akan memastikan sumber energi dalam negeri yang terdistribusi menjangkau wilayah yang luas dengan pelayanan yang efisien dan efektif,” kata Rosa, Senin (19/2/2024).

Menurut Rosa, untuk menjaga ketahanan energi, PGN optimis akan berperan aktif dalam menjaga ketahanan energi, khususnya penggunaan gas bumi. Dengan jaringan infrastruktur gas bumi sepanjang lebih dari 31 ribu kilometer dan 4 terminal LNG, PGN berperan penting sebagai pengelola jaringan infrastruktur gas bumi terbesar di Indonesia.

Jaringan ini diharapkan dapat menjamin pasokan gas bumi yang andal dan saling terhubung di berbagai wilayah Indonesia. Ke depan, PGN melihat potensi pasokan yang cukup besar di berbagai wilayah antara lain Sumatera Utara, Sulawesi, Kalimantan Timur, dan Papua.

“PGN akan terus mengembangkan infrastruktur energi untuk memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan dimana pasokan gas bumi ke depan didominasi oleh jenis gas alam cair (LNG),” lanjut Rosa.

 

Berdasarkan prinsip pemerataan energi, PGN berupaya menciptakan kemudahan akses dan keterjangkauan pasokan gas bumi dengan harga terjangkau bagi masyarakat. Dibandingkan energi lain, harga gas alam relatif lebih terjangkau. PGN menawarkan jasa gas bumi dengan kisaran harga $6 hingga $13,87 per MMBTU. Harga ini masih RON 90 (Pertality) 17,3 USD, LPG – 12 KG 26,20 USD dan HSD 41,18 USD.

PGN sangat memperhatikan kelestarian lingkungan, target penurunan emisi yang penting secara global saat ini dan masa depan. Oleh karena itu, PGN ingin menggunakan tenaga gas bumi termasuk LNG sebagai pilihan utama.

Mengingat gas alam merupakan energi yang relatif lebih ramah lingkungan dengan emisi karbon lebih rendah dibandingkan batu bara dan bahan bakar fosil lainnya. Emisi Karbon Gas Bumi sebesar 59 KG CO2 per MMBTU, LPG (66 KG CO2 per MMBTU), Bensin (72 KG CO2 per MMBTU), Minyak Bumi (77 KG CO2 per MMBTU) dan Batubara (98 KG CO2 per MMBTU).

Menurut Rosa, optimalisasi penggunaan gas bumi pada masa transisi energi penting untuk ketahanan energi. Produksi minyak terus menurun, pipa gas terus berkurang, konsumsi energi semakin hari semakin meningkat, yang pada akhirnya berpotensi meningkatkan impor dan berdampak pada defisit neraca perdagangan.

Oleh karena itu, perlu adanya penggunaan sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan dan impor energi.

 

Gas alam merupakan solusi energi alternatif karena cadangan gas alam di Indonesia dan dunia lebih besar dibandingkan cadangan minyak bumi.

Kita tidak bisa bertindak sendiri sebagai organisasi komersial di sektor menengah dan bawah. Kita perlu sinergi, komunikasi yang intensif dan gotong royong seluruh pemangku kepentingan. untuk memberikan pelayanan publik dengan layanan energi yang transparan dan andal,” kata Rosa.

Berkat melimpahnya sumber daya gas, selain didistribusikan ke sektor konsumen yang ada seperti ketenagalistrikan, industri, transportasi jalan raya, UMKM, komersial dan residensial, pemanfaatan gas bumi dapat diperluas ke pengguna gas. Kilang skala besar seperti transportasi laut dan darat, ekstraksi minyak dan pembangkit listrik. Dengan memperluas dan meningkatkan jumlah konsumsi gas bumi dalam negeri, maka multiplier effect yang dialami masyarakat dan negara dirasa lebih tepat.

“Sinergi pemerintah dan pelaku usaha migas berperan penting dalam memastikan rantai pengelolaan pemanfaatan gas bumi berkelanjutan dan berdampak positif dalam jangka panjang,” tutup Rosa.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %