sarkarinaukrirojgar.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah terdepresiasi terhadap dolar AS. Hingga hari ini, Jumat (3 Maret 2024), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di atas Rp 16.000. Apakah hal ini akan mempengaruhi harga gadget dan smartphone?
Direktur Pemasaran Produk Xiaomi Indonesia Lendi Tongo mengatakan, pihaknya mempertimbangkan banyak faktor selain depresiasi rupiah terhadap dolar AS saat menentukan harga produk.
“Sebenarnya dari sudut pandang kami sendiri, banyak faktor yang menentukan harga, namun tentunya Xiaomi Indonesia selalu berkomitmen untuk memberikan harga terbaik bagi para penggemar Xiaomi,” ujar Rendy Tonggo. Saya bertemu setelah rilis. Tablet Jakarta, Kamis (4 Februari 2024).
Sementara itu, vendor smartphone lainnya, Vivo Indonesia, juga memberikan tanggapan serupa.
Fendy Tanjaya dari Product Marketing Vivo Indonesia mengatakan, harga suatu produk tergantung kondisi pasar.
“Di Vivo, kami selalu ingin menawarkan produk kami kepada pengguna dengan harga yang wajar. Penentuan harga produk kami memerlukan diskusi yang panjang,” kata Fendy.
Ia mengatakan, akibat pelemahan nilai tukar Rupiah, belum diketahui pasti apakah kedepannya perseroan akan menaikkan harga produk HP Vivo.
“Namun kami akan selalu mematok harga terbaik bagi pengguna kami,” imbuhnya.
Sebagai referensi, sejak libur Idul Fitri pertengahan April 2024, nilai tukar rupee telah terdepresiasi lebih dari Rp 16.000 terhadap dolar AS.
Memang, meski ditutup menguat Rp 16.185 pada penutupan pasar Kamis 2 Mei 2024, nilai tukar rupiah masih melemah.
Sementara itu, Budiharjo Iduansha, Ketua Asosiasi dan Penyewa Indonesia Mall (Hipindo), mengatakan dampak kenaikan suku bunga dasar yang dilakukan Bank Indonesia (BI) jauh lebih memberatkan dibandingkan penurunan suku bunga. Menghargai. Nilai tukar rupiah terhadap dollar amerika.
Pernyataan tersebut merespons kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menaikkan suku bunga acuan atau BI rate menjadi 6,25 persen pada April 2024.
Oleh karena itu, menurut saya dampak suku bunga lebih besar dibandingkan dampak apresiasi dolar AS, kata Budi kepada wartawan di Kementerian Perindustrian di Jakarta, Kamis (2/5).
Badi menjelaskan, kenaikan BI rate akan memberikan dampak lanjutan terhadap industri ritel. Pertama, suku bunga pinjaman dari bank akan naik.
Kedua, seiring dengan perubahan BI rate, biaya sewa dan cicilan mall juga akan meningkat. Situasi ini tentunya akan mengantarkan mitra bisnis di tengah ancaman ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
“Kalau trafik (penjualan) tinggi dan ramai, bisa sangat terpengaruh karena masih bisa terserap dari batas bauran tapi yang saya khawatirkan kalau trafik (penjualan) turun juga,” jelasnya.
Di sisi lain, dampak menguatnya dolar sendiri tidak berdampak langsung pada unit bisnis. Selain itu, apresiasi dolar AS juga akan mendorong wisatawan asing berkunjung ke Indonesia dan membeli berbagai produk UMKM.
“Kami hitung, lebih baik ke Indonesia yang harganya lebih murah dan dolarnya lebih kuat, dibandingkan ke Vietnam,” ujarnya.
Oleh karena itu, perusahaan terus berupaya mengoptimalkan pengeluaran kas perusahaannya. Cara ini ditempuh untuk menjaga arus kas perusahaan tetap sehat.
“Kami juga sedang mencari pemasok seperti itu dan mencari pemasok baru yang lebih mudah. Mungkin dulu belinya mahal, tapi mungkin hari ini kami bisa mencari pemasok baru dan menemukannya lebih murah. Jadi ada margin tambahan,” tambah dia akhirnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) memutuskan menaikkan suku bunga dasar (BI rate) menjadi 6,25%.
Selain itu, suku bunga deposito meningkat sebesar 25 basis poin menjadi 5,5% dan suku bunga fasilitas pinjaman meningkat sebesar 25 basis poin menjadi 7%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan kenaikan suku bunga merupakan langkah proaktif dan berwawasan ke depan untuk memperkuat stabilitas nilai tukar rupiah terhadap kemungkinan risiko penurunan global dan memastikan inflasi tetap sesuai target sebagai tindakan pencegahan. 2,51% pada tahun 2024 dan 2025.