sarkarinaukrirojgar.com – Setelah kita mendengar perdebatan antara calon presiden dan wakil presiden, kini yang menjadi persoalan adalah kita, masyarakat dan warga negara Indonesia yang mempunyai hak pilih, harus menentukan mana di antara 3 pasangan calon (Paslon) yang akan kita pilih. memilih sebagai presiden dan wakil presiden.
Kita hanya punya waktu 5 hari lagi untuk berpikir, kita akan berangkat ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) pada tanggal 14 Februari untuk memilih salah satu mitra yang kita percaya untuk memimpin negara ini selama 5 tahun ke depan.
Namun kini pertanyaan yang ada di hadapan kita sebagai warga negara adalah apa yang akan kita jadikan dasar pilihan kita. Kami melihat ada beberapa prinsip yang akan digunakan saudara-saudari kita dalam memilih.
Pertama, bergabung di mana pasangan memilih kandidat yang dipilih oleh teman dan/atau kerabat dan/atau orang yang lebih tua.
Kedua, loyalitas, karena mereka senang dan setia terhadap pasangan calon, memilihnya tanpa menghakimi dan mempertimbangkan akibat baik dan buruk dari pemilihan pasangan calon tersebut.
Ketiga, kepraktisan, dimana mereka akan memilih pasangan calon jika bisa mendapatkan keuntungan, misalnya ini dan/atau itu, atau mendapat itu, atau misalnya mendapat 50 ribu atau 100 rubel -300 ribu dan seterusnya.
Keempat, ideologis, dimana mereka akan memilih calon yang mereka yakini mampu menjalankan tugas yang diberikan konstitusi kepadanya, yaitu melindungi, mendidik, dan memajukan kesejahteraan rakyat serta kehormatan dan harkat dan martabat bangsa. Di mata dunia diharapkan dapat menempatkan negaranya sejajar dengan bangsa dan negara lain di dunia, sehingga negara kita bisa menjadi sebuah negara. Bangsa yang dapat berpartisipasi aktif dalam penciptaan tatanan dunia.
Di sinilah letak permasalahan kita saat ini. Hidup adalah pilihan. Jika kita salah dalam memilih pasangan calon petahana, bukan hanya salah kita saja, tapi kesalahan sebagian besar masyarakat negeri ini, terutama masyarakat kelas bawah yang jumlahnya banyak, yang masih berjuang melawan kemiskinan setiap tahunnya. hari. Dan kemiskinan di sekitar mereka.
Oleh karena itu, kita sebagai pemilih harus kritis dan mengetahui kandidat mana yang lebih berpihak pada kapitalis dibandingkan masyarakat umum dan kandidat mana yang jauh dari kepentingan pribadi. Masyarakat dan masyarakat menjadi lebih jernih dan kuat.
Hal ini penting untuk kita ketahui dan jadikan sebagai landasan dalam memilih, agar disparitas sosial ekonomi di negeri ini tidak semakin membesar, karena jika keadaan seperti ini terus berlanjut dimana yang kaya semakin kaya dan yang miskin tetap saja berada. Sulitnya memperbaiki peruntungan, maka tentu saja kecemburuan sosial akan semakin bertambah. Maka apabila terjadi kebakaran yang menimbulkan kemarahan masyarakat, tentu pembangunan bangsa yang telah kita bangun dengan susah payah akan berubah menjadi lautan api yang sangat kita takuti dan tentunya tidak kita inginkan. terjadi
Anwar Abbas MUI Prabowo Wakil Presiden Jenderal Jokowi Ingin Bentuk Klub Kepresidenan: Nah, pertemuan 2 hari sekali Presiden Jokowi merespons baik pidato Presiden terpilih Prabowo Subianto yang membentuk Perkumpulan Presiden-presiden masa lalu atau Klub Kepresidenan. sarkarinaukrirojgar.com.co.id 3 Mei 2024