sarkarinaukrirojgar.com, JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menekankan pentingnya peran organisasi dalam mengedukasi masyarakat tentang deteksi dini penyakit kanker. Menurut Budi, strategi pengobatan kanker harus didasarkan pada peningkatan upaya deteksi dini agar pengobatan lebih hemat biaya dan mencapai hasil yang lebih baik.
“Selain itu, saya juga ingin menekankan pentingnya kolaborasi dalam pengobatan penyakit kanker. Oleh karena itu, saya sangat mengapresiasi dan mendukung upaya POI untuk memulai dialog untuk memperkuat kerja sama tim dalam penanganan kanker sehingga kita dapat memberikan solusi. pelayanan terbaik kepada pasien,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang dirilis, Senin (19/2/2024).
Hal tersebut ditegaskan Menkes pada acara “Menutup Kesenjangan Perawatan Kanker; Keterlambatan Diagnosis dan Pengobatan dalam Penatalaksanaan Kanker Nasional” yang diselenggarakan Persatuan Onkologi Indonesia (POI) sebagai rangkaian peringatan Hari Kanker Sedunia 2024 pada Minggu (18/1). 02/2024) di Jakarta.
Senada dengan hal tersebut, Ketua Persatuan Onkologi Indonesia (POI) Dr. Dr. Cosphiadi Irawan, SpPD-KHOM, FINASIM, bahwa berbagai laporan menunjukkan bahwa pasien kanker di Indonesia umumnya terdiagnosis pada stadium lanjut. Menurutnya, keterlambatan diagnosis disebabkan oleh banyak faktor yang bisa berasal dari pasien dan sistem pelayanan kanker.
Selain itu, kurangnya pemahaman masyarakat mengenai penyakit kanker yang beberapa gejalanya tidak khas. Selain itu, masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya melakukan upaya deteksi dini seperti kewaspadaan terhadap kanker payudara sehingga mengakibatkan keterlambatan diagnosis.
Ia mengatakan, perkembangan teknologi dan penanganan kanker telah membuka peluang penyembuhan pasien kanker. Sayangnya, sebagian besar pasien kanker di Indonesia masih belum bisa mendapatkan manfaat maksimal dari kemajuan ini. Diagnosis seringkali tertunda, begitu pula pengobatannya, kata Cosphiadi.
Oleh karena itu, harus ada strategi pengobatan kanker nasional yang dapat meningkatkan diagnosis dan akses pengobatan tepat waktu sehingga hasil pengobatan kanker lebih optimal dan angka kematian terkait kanker dapat diturunkan, ujarnya. Dalam kesempatan tersebut, ia mengapresiasi upaya pemerintah dalam meningkatkan akses pengobatan kanker di BPJS Kesehatan.
Namun upaya bersama harus terus dilakukan untuk memastikan pengobatan kanker di BPJS Kesehatan memenuhi standar administratif dan tersedia bagi pasien tepat waktu, ujarnya. Laporan yang diterbitkan Global Burden Cancer (GLOBOCAN) 2022 memperkirakan akan terdapat 19,9 juta kasus baru di seluruh dunia dengan angka kematian sebesar 9,7 juta. Akan ada sekitar 408.661 kasus baru dan 242.988 kematian akibat kanker di Indonesia.