sarkarinaukrirojgar.com, Jakarta – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengatakan tes skrining menjadi kunci keberhasilan menyelesaikan berbagai kajian dalam kurikulum kemandirian. Pendidikan berdiferensiasi adalah suatu sistem pendidikan yang dirancang untuk menjawab beragamnya kebutuhan dan kemampuan seluruh peserta didik dalam bidang pendidikan.
Direktur Dinas Pendidikan, Kurikulum dan Pengkajian Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi mengatakan, “Penilaian diagnostik merupakan salah satu langkah pertama yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi lengkap tentang siswa, termasuk kelebihan dan kekurangannya.” dari.” Anindito Adetomo dalam keterangannya, Kamis (21/3/2024).
Dijelaskannya, fase ini akan membantu para guru untuk memahami dan mengetahui kemampuan siswa. Dengan cara ini, guru dapat menentukan konten, aplikasi, dan pembelajaran bagi siswa berdasarkan profilnya.
Beliau juga menyampaikan bahwa minat dan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran akan diakui oleh guru dalam berbagai proses pengajaran. Hal ini bisa dilakukan setelah evaluasi dilakukan.
“Jadi proses penilaian yang adil itu sendiri menjadi hal yang menarik bagi para mahasiswa, karena kajiannya sesuai dengan profil mereka,” ujar pria yang kerap disapa Nino ini.
Dengan demikian, Nino berharap kegiatan belajar mengajar yang berorientasi pada siswa dapat berjalan efektif sesuai dengan kondisi masing-masing siswa dan berdasarkan pada bahasa prinsip kurikulum mandiri.
Sementara itu, guru SDN 1 Pringsevu Timur Atika Inda Fabriani menjelaskan penilaian sebagai langkah penting pertama dalam memahami perilaku siswa.
Ethic percaya bahwa proses evaluasi memudahkan guru dalam memilih pengajaran yang tepat. Untuk mendapatkan gambaran yang lebih valid dalam proses penilaian, keterlibatan orang tua juga diperlukan untuk memverifikasi informasi tentang status siswa.
“Proses ini sangat menarik karena kita tahu aset apa yang bisa kita gunakan untuk mengelola pendidikan ini. Jadi tidak hanya perlu adanya kerjasama antara guru dan aparatur pemerintah, tapi juga ada peran orang tua yang bermanfaat bagi siswa,” jelasnya. .
Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Meranti Khairina Lubis mengaku terbantu dengan berbagai pembelajaran. Wanita yang biasa disapa Reena ini mengaku tidak perlu mengajarkan semua topik dari buku tersebut kepada murid-muridnya.
“Dulu kami menekankan semua mata pelajaran untuk siswa, sekarang kami bisa memilih poin-poin penting dalam pekerjaan mengajar dan sesuai dengan situasi siswa kami,” ujarnya “Jadi kami juga merasa bantuannya lebih leluasa .”
Pengakuan Queen terhadap gaya mengajar yang berbeda mendorongnya untuk menggunakan berbagai metode untuk membantu siswa menerapkan materi pelajaran. Sebagai seorang guru matematika, ia berupaya membuat kurikulum dapat diakses dan relevan dengan kehidupan siswa sehari-hari.
“Baru-baru ini saya mencoba membantu siswa dengan membuat proyek bisnis, ternyata ada di antara mereka yang tertarik dengan bisnis. Yang terpenting hilangkan rasa takut terhadap pelajaran matematika ini, mata pelajaran yang berbahaya,” kata Rani , mungkin bisa memberikan rasa kemanusiaan yang baik kepada para siswa,” kata Rani.