sarkarinaukrirojgar.com, Jakarta – Wakil Ketua Dewan Pengawas Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara mengatakan, nilai Key Performance Indicator (IKU) OJK pada triwulan III tahun 2024 dibandingkan target akhir tahun 2024. 90,69 persen.
Sementara itu, dibandingkan target triwulan III tahun 2024, hasil KPI OJK sebesar 97,7 persen, kata Mirza dalam rapat staf Komisi XI DPR RI, Senin (18/8/2024).
Mirza mengatakan, cakupan pencapaian KPI setiap triwulan ditentukan oleh target KPI jenis pertama, yang terdiri dari KPI target tetap, yaitu KPI dengan target 100% pada setiap target yang dihitung. seperempat
Misalnya, KPI triwulan I berkaitan dengan kesehatan sektor jasa keuangan, dan salah satu subindikatornya adalah menjaga jumlah bank umum di atas target permodalan triwulanan, ujarnya. dikatakan.
Tujuannya untuk mendorong OJK melakukan pengawasan yang efektif agar bank umum dapat menjaga tingkat permodalan secara optimal dan mematuhi peraturan triwulanan.
Kedua, IKU merupakan tujuan bertahap (trajectory), artinya IKU mempunyai tujuan yang ingin dicapai sesuai arah yang diperhitungkan pada akhir tahun. Misalnya, IKU 3.1 berkaitan dengan penyelesaian pengembangan peraturan atau kebijakan utama OJK, serta penelitian untuk mendukung pengembangan peraturan dan kebijakan IJK.
“Itu mengukur perkembangan perkembangan aturan IKU sehingga setiap musim memiliki target yang berbeda-beda dan semakin meningkat,” ujarnya.
Sebelumnya, Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mengatakan kinerja industri jasa keuangan pada kuartal III-2024 menunjukkan tren positif. Berbagai indikator mencerminkan kondisi yang menguntungkan di sektor ini.
Dana yang dihimpun di pasar modal mencapai Rp 159,51 triliun hingga akhir September 2024. Di sisi lain, pertumbuhan kredit perbankan mencapai 10,85% dan total penyalurannya mencapai Rp7,5 triliun.
“Sesuai dengan peningkatan kredit tersebut, penghimpunan dana pihak ketiga juga meningkat sebesar 7,04% menjadi Rp 8,721 triliun,” kata Ketua OJK Mahendra DPR saat rapat dengan Korea Utara RI, Senin (18/11/2024).
Kinerja sektor non-perbankan
Indikator sektor Perasuransian, Penyelenggaraan Dana Pensiun dan Dana Pensiun (PPDP) membaik secara signifikan:
Premi asuransi komersial meningkat 5,77% menjadi Rp 245,42 triliun.
Aset dana pensiun meningkat 10,1% year-on-year menjadi 1,5 triliun 6 miliar.
Pada September 2024, jumlah rekening perusahaan keuangan tersebut meningkat 9,39% year-on-year menjadi Rp 501,78 triliun.
Profil risiko dan keuangan yang terjaga
Faktor risiko permodalan perseroan terkendali pada level 2,62% dari Non Performing Fund (NPF) Bruto dan 0,81% dari NPF Net. Rasio roda gigi berkurang 2,33 kali lipat, menunjukkan efisiensi dan stabilitas yang lebih baik.
Outstanding investasi pada sektor fintech peer-to-peer (P2P) lending meningkat 33,73% year-on-year menjadi Rp74,48 triliun pada September 2024. Risiko kredit macet (TWP90) tetap stabil di level 2,38%.
Pada saat yang sama, inovasi teknologi di sektor keuangan terus berkembang. Hingga Oktober 2024, terdapat enam penyelenggara Inovasi Sektor Keuangan (ITSK) yang terdaftar di OJK. Dua di antaranya merupakan poin kredit dan empat lainnya merupakan akumulator.
“Enam penyelenggara ITSK menggandeng 217 mitra organisasi jasa keuangan untuk mendukung efisiensi dan inklusi keuangan,” kata Mahindra.
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan akan melakukan edukasi kepada masyarakat mengenai investasi pada tahun 2025.
Edukasi diberikan melalui Skema (Penguatan) Perilaku Cerdas Keuangan Nasional.
Kepala Eksekutif Pelaku Usaha Jasa Keuangan OJK Frederica Vidyasari Devi mengatakan, lembaganya memberikan materi pelatihan yang berbeda-beda berdasarkan wilayah masing-masing.
“Begitu pula dengan industri perbankan dan lainnya. “Program tahun depan fokus pada investasi,” kata Friederika saat ditemui media di Menara Bank Mega Jakarta, Selasa (12/11/2024).
Peran OJK
Friederika yang akrab disapa Kiki mengatakan OJK tidak akan memaksanya mengajarkan investasi besar.
Oleh karena itu, kampanye dimulai dari apa yang menjadi perhatian masyarakat di masing-masing daerah.
“Kami tidak mengajarkan mereka semua tentang investasi, seperti saham,” jelasnya. “Kita bisa ajari mereka, kalaupun tertarik di pasar modal, mereka bisa berinvestasi di reksa dana, saham, atau emas dulu.” .
Wilayah yang menjadi bagian Program Intensifikasi 2025 adalah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Melalui kerja sama dengan para pelaku sektor jasa keuangan, gerakan ini sejauh ini telah mengelola 8.000 program dan menjangkau 32 juta masyarakat Indonesia.