Surabaya – Siapapun bisa mengalami stres dan depresi, termasuk dokter. Selama beberapa waktu terakhir, masyarakat khususnya di sekitar sekolah sangat prihatin dengan apa yang menimpa para dokter di Program Pendidikan Kedokteran.
Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair), Profesor Budi Santoso, mengakui depresi bisa menimpa siapa saja. Termasuk para dokter yang sedang menerima PPDS, kata Profesor Bose atau Budi Santoso, usai pengukuhan dokter spesialis di FK Onir, Rabu (26/6/2019). karena banyaknya kasus di luar negeri.” 2024)
Profesor Buss menekankan bahwa sekolah mana pun bisa menimbulkan stres. Lanjutnya, tidak peduli perguruan tinggi atau universitas kedokteran khusus mana yang merawat pasien, anak kecil pun bisa mengalaminya. Pertimbangkan untuk membuat proses pembelajaran ramah dan bersahabat. “Suasana yang tercipta bisa menyenangkan namun tidak menakutkan,” ujarnya.
Untuk mencegahnya, tambah Profesor Buss, dokter yang ingin mengambil spesialisasi harus mengambil MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory).
MMPI adalah tes psikologi yang dirancang untuk menilai kepribadian dan psikopatologi. Tes ini bertujuan untuk mendeteksi kondisi kesehatan mental, sehingga seorang profesional dapat menentukan apakah seseorang yang mengikuti tes MMPI menderita penyakit mental atau tidak.
Menurut Profesor Buss, proses rekrutmen spesifik juga mempengaruhi kriteria berikut. Dengan kata lain, jangan melamar bidang atau spesialisasi yang tidak sesuai dengan keahlian Anda. “Di sinilah peran MMPI,” jelasnya, “apakah domain ini sesuai untuk dokter yang bersangkutan?
“MMPI sangat mendukung dan membantu dalam membimbing kebutuhan para klinisi,” lanjutnya. Ia berpesan agar Anda tidak memaksakan diri untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis yang ternyata tidak kompeten dan tidak sesuai dengan kebutuhan Anda. Nanti bisa berakibat serius, depresi, tutupnya.
Moh Maksum Zainori, salah satu dokter spesialis berdedikasi, mengatakan ada kalanya ia mendapat banyak tekanan, misalnya saat bertugas, saat operasi, dan merawat pasien. Dokter bedah ini mengatakan, sebagai seorang dokter, merawat pasien harus seperti merawat diri sendiri.
Dokter asal Kediri lulusan Fakultas Kedokteran UPN Jakarta ini punya tips mengurangi stres. Salah satu yang dilakukannya adalah berbicara dengan sang ibu sebelum operasi. “Setelah ibu saya menelpon, biasanya banyak semangat dan motivasi yang muncul,” ujarnya.
Selain itu, untuk menghilangkan stres, ia menceritakan hobinya bermain sepak bola kepada teman-temannya. Dia berkata: “Jika Tuhan menghendaki, ketegangan akan hilang dan kami akan melaksanakan pekerjaan ini dengan gembira dan damai.”