slot jepang
0 0
Read Time:4 Minute, 14 Second

sarkarinaukrirojgar.com, Jakarta – Managing President PT Varun Tirta Prakashya (Persero) atau VTP, Adi Nugroho buka suara terkait kabar perusahaan yang dikelolanya terancam likuidasi.

Hal itu disampaikannya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komite XI membahas kerja sama di Ibu Kota Negara (PMN), Jakarta, Selasa (2/7/2024).

Adi mengungkapkan kepada DPR, pihaknya tidak pernah diajak membicarakan rencana penghapusan VTP. Bahkan, VTP masih menyusun Rencana Jangka Panjang perusahaan (RJPP) lima tahun ke depan.

“Sebenarnya PMN untuk VTP itu dengan isu pembubaran PMPP yang tidak pernah kami bahas dari pihak manajemen, bahkan beberapa waktu lalu kami masih menyusun RJPP ke depan. Untuk 5 tahun ke depan, kami masih optimis. Itu akan kami kembangkan, katanya.

Ia juga optimistis Kerjasama Modal Pemerintah Pusat (PMPP) bisa menjadi titik balik bagi VTP dan bergerak ke arah positif, meski ada rumor perpecahan.

“Saya berharap PMPP ini bisa menjadi titik balik bagi VTP yang tadinya sempat bermasalah dengan penutupan, namun justru mengambil langkah maju ke depan,” ujarnya.

VTP diketahui menawarkan PMN nontunai berupa Kavling 1 dan gedung perkantoran untuk VTP senilai Rp23,19 miliar, sebagai bentuk keberlanjutan.

“Dengan adanya PMN nontunai dari BMN, kita juga dapat mencapai bentuk keberlanjutan yang diharapkan VTP ke depan,” ujarnya.

Dikatakan Adi, pihaknya telah melakukan beberapa kajian terkait PMN nontunai. Menurutnya Varuna Tirta Praxia memang layak mendapat PMN. Hal ini dapat dilihat sebagai Tingkat Pengembalian Rata-rata (ARR), Periode Pembayaran Kembali (PP), Nilai Sekarang Baru (NPV), Tingkat Pengembalian Internal (IRR) dan Pengembalian Investasi (RO), termasuk metrik yang sesuai.

“Dari porsi feasibility yang telah kami capai, ARR, NPV IRR, RO payback period, kami sampai pada kesimpulan bahwa semuanya mungkin. Kami sangat berharap PMN ini bisa disetujui dan dilanjutkan untuk Varuna Tirtha. Prakash Jani Sudah berdiri sejak tahun 1947,” tutupnya.

Sebelumnya, PT Varun Teertha Prakash (VTP) telah bermitra dengan perusahaan China untuk membangun kapal logistik khusus. Nantinya kapal tersebut akan disesuaikan dengan kondisi pelayaran di Indonesia.

Direktur VTP Adi Nugroho mengatakan Indonesia saat ini membutuhkan kapal logistik yang sesuai untuk transportasi di Indonesia Timur. Termasuk mengangkut LNG ke beberapa lokasi di kawasan.

“Mau tidak mau, harus kita akui saat ini kita kekurangan kapal. Kalau dilihat dari beritanya, jelas banyak pembangunan, terutama di Indonesia bagian timur, dan kapal sangat sulit di waktu-waktu tertentu. . , ”kata Adi usai penandatanganan nota kesepahaman di Danaraksa Tower. , Jakarta, Kamis (27/7/2024).

VTP diketahui menggandeng Guangzhou Group asal Tiongkok dan PT Kushan Samudera Synergy dalam upaya pengembangan tersebut.

Daya dukung kecil: Kedepannya kapal-kapal yang akan dibangun memiliki daya angkut yang kecil, sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. Perjanjian awal ini membuka kemungkinan pendanaan untuk proyek tersebut.

“Ini adalah bagian dari upaya kami untuk berhasil memenuhi kekurangan kapal yang sangat kami butuhkan, dan kami sedang mencari jenis transportasi seperti kapal ini yang benar-benar dibutuhkan dan juga lebih efisien dan efektif di perairan kami.” katanya

Sebab, tidak semua pelabuhan di kawasan timur Indonesia dilengkapi dengan baik, layak atau layak untuk menampung banyak kapal, lanjutnya.

Adi menegaskan, distribusi saat ini yang menggunakan kapal besar untuk mengangkut LNG membutuhkan biaya yang mahal. Karena perlu dipindahkan ke wadah yang lebih kecil.

“Untuk pengiriman pun harus dikirim kapal-kapal besar, sehingga biayanya mahal, mahal dan memakan banyak waktu. Makanya kami berusaha mencari kapal yang lebih efisien dalam pemanfaatan waktu,” jelasnya.

 

Adi berharap MoU ini dapat segera ditindaklanjuti dengan kerja sama yang konkrit ke depannya.

“MoU ini kita tidak mau berlama-lama, kalau bisa bisa segera kita tindaklanjuti. Memang betul MOU itu ada kadaluarsanya kan, biasanya 3 bulan, 6 bulan, ada yang bulan, Cuma kalau habis, kalau kita sangat membutuhkannya, bisa kita restrukturisasi dengan dasar yang “baru (diperbarui)”, ujarnya.

Berikutnya, PT Djakarta Lloyd juga harus dilibatkan. Pasalnya, konsep kapal yang akan dibangunnya sendiri adalah milik perusahaan.

CEO Jakarta Lloyd Ahmad Agung mengatakan, teknologi dan konstruksi kapal baru tersebut bisa dilakukan secara lokal. Sementara itu, terbuka peluang bagi tangki penyimpanan LNG untuk diproduksi oleh perusahaan China.

“Biasanya kita impor teknologi, kita beli teknologi, kita beli desain dari luar, kalau tidak kita coba jual karena kita tahu apa kebutuhan kita untuk pengirimannya.”

“Jadi semuanya kita desain, spesifikasinya dari kita semua, kalaupun kita buat, kita buat di sini. Jadi dengan kata lain kita mencoba menawarkan konsep baru, di mana konsep itu sangat berguna. Kepulauan Indonesia,” jelas Agung.

 

 

Setelah itu, Agung mengatakan kerja sama selanjutnya tidak hanya terbatas pada pembangunan kapal pengangkut LNG saja. Namun bisa berkembang pada kapal kargo jenis lain.

“Ini salah satu contohnya. Ada yang lain, betonnya sudah didesain segala macam (kapal LNG), maka kita mulai dari sana,” ujarnya.

Jenis kapal lainnya akan melihat perkembangan diskusi antara VTP dan grup Guangzhou di masa depan. “Tapi kita lihat saja diskusinya dengan Pak Adi dan tim Guangzhou bagaimana,” ujarnya.

Sementara itu, Direktur Sinergi PT Kushan Samudera Rizki Albaziri menambahkan, keinginan mereka atas kerja sama ini adalah untuk melakukan transfer teknologi guna mendukung dan meningkatkan kapal yang saat ini beroperasi di Indonesia.

“Harapan kami sebagai pengusaha lokal adalah Indonesia bisa menjadi pemimpin di Asia Tenggara,” tutupnya.

PT Kushan Samudera Synergy berkomitmen untuk mendukung penuh PT Varun Tirta Prakashya (Persero) dan Guangzhou Trading Exchange Corporation untuk mencapai tujuan bersama dan memberikan dampak positif pada industri logistik pelayaran di Indonesia.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %