sarkarinaukrirojgar.com, JAKARTA – Organisasi olahraga internasional jangan dikira tidak bisa melakukan kesalahan. Contohnya terjadi di Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF).
Namun, BWF salah perhitungan perebutan poin Olimpiade bukan hanya sekali, melainkan berulang kali. Kesalahan ini menyangkut penggunaan tenis di Olimpiade Paris 2024.
Dampak kesalahan perhitungan BWF sangat fatal. Untuk pertama kalinya dalam sejarah Olimpiade, jumlah ganda putra tenis menjadi lebih banyak, 17 dibandingkan 16. Ganda putra Prancis Ronan Labar/Lucas Corvee dapat berpartisipasi di Olimpiade Paris 2024 meski tidak lolos sesuai kualifikasi sebenarnya. klasifikasi.
Awalnya, Labar/Corvee berada di zona lolos Olimpiade. Namun karena melakukan kesalahan, BWF kemudian mengoreksi perhitungannya. Perhitungan baru tersebut membuat tetangganya, Christo Popov/Toma Junior Popov, memiliki poin lebih baik dibandingkan Labar/Corvee. Pada akhirnya, Popov bersaudara dinyatakan memenuhi syarat untuk Olimpiade Paris karena menempati posisi ke-37, satu tingkat lebih tinggi dari Labar/Corvée.
Labar/Corvée tidak tinggal diam. Mereka menggugat BWF ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS). Alhasil, CAS mengabulkan permintaan Labar/Corvee. BWF harus memenuhi syarat Labar/Corvee untuk berpartisipasi di Olimpiade Paris 2024.
Karena jumlah pasangan kedua putra bertambah menjadi 17 pasang, maka kelompok kita akan terdiri dari empat pasang. Sedangkan tim lainnya akan mendapat lima ganda. Kesulitan tersebut membuat BWF belum melakukan pengundian grup ganda putra, sedangkan tunggal putra, tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran diumumkan pada Jumat (7/12/2024).
Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) menyatakan kekecewaan mendalam atas kesalahan perhitungan BWF.
“Jika Fajar Alfian/Muhamad Rian Ardian masuk tim (yang beranggotakan lima pasangan), maka di babak penyisihan grup akan saling berhadapan sebanyak empat kali. Bahaya sekali karena masih ada satu tantangan lagi,” kata Sekjen PP. PBSI, Pak Fadil. . Imran dalam pidatonya di Jakarta, Jumat (12/7).
Di mata Fadil, kesalahan penghitungan poin ini masih berdampak pada dua pemain Indonesia lainnya yakni Bagas Maulana/Muhammad Sohibul Fikri. Misalnya saja di ajang Badminton Asia 2024, Bagas/Fikri menempati peringkat kedelapan hitungan baru. Bahkan pada awalnya Bagas/Fikri diunggulkan sembilan.
Menurut Fadil, posisi penangkapan Bagas/Fikri bukan mengarah pada penggeledahan, melainkan justru menguatkan mereka. Di ajang tersebut, Bagas/Fikri kalah di babak pertama.
“Kesalahan hitung yang dilakukan BWF secara langsung merugikan tidak hanya pasangan Indonesia, khususnya Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri, tapi juga seluruh pasangan peserta Road to Paris 2024,” kata Fadil yang juga Ketua Tim Ad Hoc PBSI itu. untuk Olimpiade Paris 2024.
Menurut Fadil, undang-undang ini mematikan fair play dan semangat baik Olimpiade. PBSI, kata Fadil, akan segera mengirimkan surat ke BWF untuk menyikapi situasi tersebut. PBSI dengan tegas akan menuntut akuntabilitas dari BWF.