JAKARTA – Produsen chip asal Amerika Serikat, Nvidia, menandatangani perjanjian dengan pemerintah Vietnam untuk mendirikan pusat penelitian dan pengembangan kecerdasan buatan (AI) di negara Asia Tenggara tersebut. Perusahaan telekomunikasi militer Viettel Group juga mengembangkan pusat data AI khusus menggunakan teknologi Nvidia.
Kesepakatan tersebut diumumkan di Hanoi pada Kamis (12/05) saat pertemuan antara Perdana Menteri Vietnam Pham Minh Chin dan CEO Nvidia Jensen Huang. Raksasa teknologi AS ini telah menyelesaikan akuisisi perusahaan teknologi kesehatan VinBrain yang berbasis di Hanoi, yang didukung oleh konglomerat swasta terbesar di Vietnam, Vingroup, The Business Times melaporkan.
Pada kuartal terakhir, Vingroup mengurangi kepemilikannya di VinBrain menjadi 18,2 persen pada kuartal ketiga tahun ini dari sekitar 49,7 persen pada kuartal kedua. Sejak kunjungan pertama Huang ke Vietnam pada Desember lalu, Nvidia telah mengumumkan kemitraan dengan beberapa perusahaan teknologi terkemuka di negara Asia Tenggara tersebut. Kesepakatan itu melibatkan pengembangan pabrik kecerdasan buatan senilai $200 juta atau setara Rp3 triliun di Vietnam dengan perusahaan teknologi FPT yang berbasis di Hanoi.
CEO FPT Smart Cloud Le Hong Viet mengatakan kepada The Business Times pada bulan November bahwa setelah menerima lampu hijau dari pemerintah AS, pabrik tersebut akan menerima 127 sistem server Nvidia HGX H100 bulan ini untuk melengkapi fasilitas AI-nya.
Chip AI Nvidia tunduk pada peraturan kontrol ekspor AS, yang memberlakukan persyaratan lisensi tambahan untuk mengekspor teknologi penting ke negara-negara tertentu, termasuk Vietnam. Namun, Vietnam perlu membangun pusat data generasi baru, karena pusat data yang ada masih bersifat tradisional dan belum dioptimalkan atau ditingkatkan untuk menampung infrastruktur AI secara efektif, kata Vietnam.
Awal bulan ini, Perdana Menteri Vietnam meminta Amerika Serikat untuk mencabut pembatasan ekspor teknologi tinggi ke negara Asia Tenggara tersebut, yang diklasifikasikan sebagai salah satu negara yang dikuasai negara-negara Barat karena alasan keamanan nasional dan ekonomi non-pasar. Hal ini terjadi di tengah semakin eratnya hubungan antara Vietnam dan Amerika Serikat, yang meningkatkan hubungan bilateral mereka menjadi kemitraan strategis komprehensif pada bulan September lalu.
Huang menjalin kemitraan di Vietnam setelah kunjungannya ke Thailand dan Indonesia dalam beberapa bulan terakhir untuk mendukung infrastruktur AI di negara-negara Asia Tenggara tersebut. Tahun lalu, Nvidia juga mengumumkan kemitraan untuk membangun pusat data AI senilai RM20 miliar atau US$6,1 miliar di Malaysia.
Konten forum