sarkarinaukrirojgar.com, Jakarta – Kucing merupakan hewan peliharaan yang sering digemari masyarakat karena kelucuannya, sifatnya yang manis, serta mampu memberikan kenyamanan dan kehangatan.
Kucing tidak hanya menjadi teman serumah yang menyenangkan, tetapi kucing juga memiliki efek menenangkan dengan tingkah lucu dan suaranya yang mendengkur. Beberapa ahli percaya bahwa memiliki hewan peliharaan seperti kucing memiliki sejumlah manfaat kesehatan, seperti mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan jantung.
Kucing penyayang dan dapat beradaptasi dengan situasi rumah tangga, menjadikannya pilihan favorit sebagai hewan peliharaan.
Namun, ketika kucing kesayangannya mati, seringkali pemiliknya merasakan kesedihan yang luar biasa bahkan menangis karenanya. Kucing telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, memberikan cinta dan kehadiran yang menyenangkan.
Kehilangan hewan peliharaan yang selama ini menjadi sahabat setianya menyebabkan banyak orang mengalami rasa kehilangan yang sama besarnya dengan kehilangan seorang sahabat karib. Air mata yang mengalir menunjukkan betapa kuatnya ikatan emosional antara manusia dan kucing, serta kesedihan yang mendalam karena kehilangan makhluk penyayang tersebut. Mengenang masa-masa indah bersama kucing yang sudah meninggal sering kali menimbulkan rasa syukur dan sedih yang campur aduk.
Lalu muncul pertanyaan berikut: Bolehkah meratapi kematian kucing dalam Islam? Seberapa istimewakah kucing dalam Islam?
Kucing adalah hewan yang sangat istimewa dalam Islam. Dalam sebuah hadits Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa kucing tidak najis.
Insya Allah عَلَيْكُمْ وَالطَّوَّافَاتِ
“Kucing itu tidak bersih. Padahal, kucing merupakan hewan yang sering kita jumpai dan berada disekitar kita. (H.R. Dan Tirmidzi, Abu Dawud, An Nasa’i, Ibnu Majah, Ad Darimi, Ahmad, Malik).
Kucing banyak dijumpai di dalam dan sekitar kita. Kemurnian kucing dihormati dalam Islam. Kucing juga merupakan hewan suci dan tidak najis. Menjadi hewan kesayangan Nabi, kucing bahkan disebutkan dalam beberapa hadis.
“Kucing itu tidak bersih. Pada dasarnya kucing merupakan hewan yang sering kita temui dan jalan-jalan” (H.R. Tirmizi).
Air yang biasa diminum kucing juga dianggap suci dan masih bisa digunakan untuk mencuci. Mengenai hadits ini:
“Ketika Nabi Muhammad hendak berwudhu, datanglah seekor kucing kepadanya dan meminum air dari mangkok tempat kucing itu berwudhu. Nabi berhenti sampai kucing itu selesai minum lalu berwudhu. (HR Muslim).
Tapi kalau kucingnya ada darah, urine, feses, dll. Jika muncul berarti tidak bersih.
Imam Nawawi menjelaskan, “Jika kucing pergi dan kembali minum air, kami menganggap air itu suci dan mempertanyakan kesucian mulut kucing.” Oleh karena itu, sisa air yang dijilat kucing adalah najis, jika tidak ada darah di mulut kucing yang tidak meninggalkan air dan dijilat, maka air tersebut dianggap najis. Kucing memiliki tempat khusus dalam Islam dan dihormati karena kebersihannya.
Sebagai bagian dari makhluk hidup, kucing juga patut untuk diperlakukan dengan baik. Dalam Islam, perilaku buruk, bahkan menyiksa hewan, dapat mengakibatkan hukuman yang berat. Ada hadits tentang seorang wanita yang masuk neraka karena menyiksa kucing. Dalam hadits ini, Ibnu Umar r.a., Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
“Seorang wanita diikat dan dibawa ke neraka karena kucingnya tidak mau makan, dan hewan kecil di lantai tidak diperbolehkan makan.” (HR Bukhari).
Ibnu al-Manayyar menjelaskan bahwa hadits ini menjelaskan bahwa dilarang membunuh karena kehausan apa yang tidak diperintahkan untuk dibunuh. Hal yang sama berlaku untuk kucing.
Perawatan kucing yang tidak tepat juga bisa menjadi penyebab dosa besar. Dalam hadits Abdullah bin Omar diceritakan bahwa ada seorang wanita yang mengurung kucingnya dan tidak memberinya makanan dan minuman.
Nabi bersabda, “Pada hari kiamat nanti akan ada siksa dan neraka.” (HR Bukhari).
Tetap saja, menyelamatkannya merupakan suatu berkah.
Dalam hadis lain juga dijelaskan bahwa manusia mendapat pahala dari hubungannya dengan hewan.
Suatu hari, para sahabat bertanya kepada Nabi: “Ya Rasulullah, bisakah kami mendapat pahala dari hewan?”
Kemudian Rasulullah menjawab: “Setiap kali kamu memberi air kepada seekor binatang, kamu akan diberi pahala.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Orang-orang berduka ketika hewan peliharaannya mati karena kebanyakan dari mereka menganggapnya sebagai bagian dari keluarga.