0
0
LONDON – Sir Isaac Newton mungkin adalah salah satu orang jenius paling berpengaruh sepanjang masa, namun tidak semua teorinya layak untuk dijadikan buku teks.
Ya, ilmuwan Inggris ini menemukan gravitasi dan merevolusi pemahaman kita tentang alam semesta, namun ia juga cukup tidak ortodoks dalam banyak penelitiannya.
Meskipun sukses dalam sains dan matematika, Newton juga mengemukakan beberapa teori yang kurang meyakinkan. Misalnya, ketika wabah pes melanda Inggris pada tahun 1665, ia menyarankan mereka yang terkena dampak untuk menelan “obat pelega tenggorokan” yang terbuat dari bubuk katak yang dicampur dengan muntahan reptil mati.
Dia juga memiliki minat selama puluhan tahun pada bidang alkimia (ilmu ambisius yang mengubah logam dasar menjadi emas) dan teologi.
Hal inilah – iman Kristennya yang taat dan kepatuhannya terhadap kitab suci – yang membuatnya meramalkan bahwa dunia akan berakhir pada tahun 2060.
Newton adalah salah satu pemikir paling berpengaruh sepanjang masa (Galeri Potret Nasional London)
Menurut Stephen Snowbellen, kepala Proyek Newton Kanada, Newton sangat yakin bahwa “nubuatan suci” dalam Alkitab adalah “sejarah yang akan datang”.
Namun dia juga menyadari bahwa teks-teks ini ditulis dalam bahasa yang sangat simbolis dan oleh karena itu memerlukan interpretasi yang cermat. Dan tentu saja dia menganggap dirinya orang yang tepat untuk pekerjaan itu.
Di selembar kertas bekas, Newton menggunakan serangkaian perhitungan matematis sederhana untuk menentukan tanggal kiamat di masa depan.
Kuncinya adalah menentukan tanggal dimulainya apa yang disebut Kemurtadan Besar—ketika gereja-gereja Kristen arus utama menjauh dari iman asli yang didirikan oleh Yesus.
Newton, seorang Protestan, percaya bahwa pada saat itulah Gereja Katolik mengambil alih. Jadi dia pernah mendirikan “Supremasi Kepausan” pada tahun 800 M. Hal lain terjadi.
Setelah memeriksa Kitab Suci—khususnya kitab Daniel—dia menyimpulkan bahwa “kerusakan” gereja akan berlangsung selama 1.260 tahun.
