OSLO – Para ilmuwan menemukan bahwa ketika terjadi kebakaran hutan, pohon-pohon di dalam hutan terbakar, dan apinya langsung membakar pohon tersebut.
Ketika api menjilat tanaman, pohon menutup pintu, jendela, atau stomata, yaitu lubang kecil di permukaan daun tempat terjadinya pertukaran gas.
Saat kualitas udara memburuk akibat asap, pepohonan menutup stomata untuk mencegah masuknya partikel berbahaya, lapor Science Alert.
Tujuan utama penutupan stomata adalah untuk melindungi jaringan bagian dalam daun dari kerusakan akibat partikel halus dan gas beracun dalam asap.
Menutupnya stomata mengurangi penyerapan karbon dioksida, bahan baku utama proses fotosintesis. Hal ini menghambat pertumbuhan pohon dan produksi oksigen.
Ketika stomata tertutup, penguapan air melalui daun (transpirasi) juga berkurang. Transpirasi berperan penting dalam pendinginan daun, sehingga penutupan stomata dapat meningkatkan suhu daun. Suhu daun yang berlebihan dapat merusak jaringan daun.
Penutupan stomata yang berkepanjangan dapat menyebabkan stres fisiologis pada pohon. Stres ini dapat menyebabkan berbagai reaksi, seperti produksi bahan kimia pertahanan diri dan bahkan kematian sel.
Perubahan fotosintesis akibat kebakaran hutan dapat mengganggu siklus karbon global. Pohon yang tertekan atau mati melepaskan karbon yang tersimpan dalam biomassanya kembali ke atmosfer.
Kebakaran hutan dan polusi udara dapat mengubah komposisi spesies ekosistem hutan. Beberapa spesies mungkin lebih tahan terhadap kondisi buruk, sementara spesies lainnya mungkin menurun atau bahkan hilang.
Meskipun pohon berusaha melindungi dirinya sendiri, partikel asap berbahaya masih menempel di permukaan daun. Partikel-partikel ini dapat mengurangi efisiensi fotosintesis dan meningkatkan kerentanan pohon terhadap penyakit.