sarkarinaukrirojgar.com, Jakarta – Dalam dua minggu terakhir, sistem keamanan siber Indonesia terus diganggu oleh serangan peretasan yang berulang kali.
Salah satu yang menarik perhatian publik adalah informasi server Direktori Nasional Sementara (PDN) terkena serangan ransomware.
Selain PDN, setidaknya ada empat organisasi dan proyek penting di Indonesia yang diduga terkena serangan siber.
Di antaranya Biro Intelijen TNI (BAIS), Sistem Identifikasi Sidik Jari Otomatis Indonesia (INAFIS), Kementerian Perhubungan, dan Operasional BPJS.
Fenomena ini menarik perhatian dan menimbulkan pertanyaan mengenai keamanan siber di Indonesia.
Baru-baru ini, salah satu badan keamanan Indonesia juga diduga melakukan kebocoran. Sebuah kelompok peretas bernama Star06 (baca: Bintang Enam) mengaku telah mencuri informasi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri). Informasi tersebut disampaikan pemilik akun Instagram @Realmrbert.
“Anda berisiko. Hari ini ada dokumen yang dikeluarkan dari arsip personel untuk informasi sensitif,” kata @Realmrbert, Senin (1/7/2024).
Kepada Tekno sarkarinaukrirojgar.com, ia mengatakan informasi tersebut sudah beredar di dark web dan informasinya bocor. Mulai dari informasi polisi hingga informasi rahasia.
“Informasi rahasianya bocor sob, beli saja. Dan itu informasi terbaru. Informasi itu dibagikan oleh seorang hacker bernama Star Six,” kata seorang penasihat kerja laki-laki di Cyber
@Realmrbert mengatakan akan menemui tim Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara hari ini.
“Saya mau ketemu tim presiden dan ini (bocoran dokumen) keluar lagi. Kebanggaan negara jadi asing karena dokumen kita bocor semua,” kata @Realmrbert kaget.
“Informasi itu bisa kamu cari di SOCRadar. Jadi saya tidak bilang, SOCRadar yang bilang,” tutupnya.
Kelompok peretas Star Six mengumumkan di web gelap bahwa mereka mencuri informasi dari situs keamanan Indonesia. Informasi ini dibagikan oleh platform pemantauan keamanan siber SOCradar.
“Ada kerentanan dan kami telah menerima informasi sensitif dari sistem,” klaim peretas.
Mereka mengatakan mereka mencuri banyak informasi sensitif, seperti informasi personalia dan informasi rahasia.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi dari pihak Polri. Tim berita sarkarinaukrirojgar.com terus menghubungi Polri untuk meminta penjelasan atas pemberitaan tersebut.