sarkarinaukrirojgar.com, Jakarta – Pemerintah AS dilaporkan sedang mendiskusikan pemberian subsidi lebih dari $10 miliar atau sekitar Rp 157 miliar kepada Intel Corp.
Menurut laporan Bloomberg News yang dikutip Reuters, Selasa (20-02-2024), negosiasi sedang berlangsung di mana subsidi Intel kemungkinan akan mencakup pinjaman langsung dan hibah.
Terkait hal ini, Departemen Perdagangan AS, lembaga yang mengawasi penyaluran dana CHIPS Act, dan Intel menolak berkomentar.
FYI, CHIPS Act adalah undang-undang yang dirancang untuk meningkatkan daya saing, inovasi, dan keamanan nasional di Amerika Serikat.
Departemen tersebut mengumumkan dua hibah CHIPS Act yang lebih kecil dan Menteri Perdagangan AS Gina Raimondo mengatakan dia berencana menyediakan sejumlah dana dalam waktu dua bulan dari rencana pemerintah senilai $39 miliar untuk meningkatkan manufaktur semikonduktor.
Dana Semikonduktor dirancang untuk mensubsidi manufaktur chip dan investasi terkait dalam rantai pasokan, dengan penghargaan tersebut membantu membangun pabrik dan meningkatkan produksi.
Intel berencana menghabiskan puluhan miliar dolar untuk mendanai pabrik chip di lokasi lamanya di Arizona dan New Mexico, serta lokasi baru di Ohio yang diklaim perusahaan Silicon Valley sebagai pabrik chip terbesar di dunia.
Namun, Wall Street Journal melaporkan awal bulan ini bahwa Intel berencana menunda penyelesaian pabrik di Ohio hingga tahun 2026 karena perlambatan pasar chip dan lambatnya masuknya dolar federal.
Masih belum jelas apakah masuknya dolar federal tahun ini akan meningkatkan rencana tersebut lagi, atau apakah rencana Taiwan Semiconductor Manufacturing Co, yang pabrik chipnya sedang dibangun di Arizona, juga tertunda.
Micron dan Samsung Electronics juga disebut sedang membangun pabrik chip baru di AS dan telah melaksanakan program tersebut.
Sebelumnya, pemerintah Israel setuju untuk memberikan dana sebesar $3,2 miliar atau sekitar Rp49 triliun kepada Intel untuk membangun pabrik chip baru senilai $25 miliar (sekitar Rp386 triliun) di Israel selatan.
Jumlah tersebut setara dengan 12,8 persen dari total nilai pabrik chip yang akan dibangun. Pabrik baru tersebut diberi nama Fab 38 dan diperkirakan akan dibuka pada tahun 2028 dan beroperasi hingga tahun 2035.
Hibah senilai $3,2 miliar dari pemerintah Israel ini akan membantu Intel terus memperluas kapasitas produksinya ke tingkat yang lebih besar. Demikian dikutip dari Gizchina, Jumat (29/12/2023).
Investasi ini dilakukan pada saat pasar semikonduktor global sedang mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pasalnya, permintaan akan teknologi semikonduktor canggih juga semakin meningkat.
Dengan investasi pada fasilitas baru di Israel, Intel ingin memanfaatkan pertumbuhan ini. Selain itu, Intel juga berusaha mempertahankan posisinya sebagai produsen semikonduktor terkemuka di dunia.
Intel sendiri memiliki sejarah yang cukup panjang dengan Israel. Perusahaan chip Amerika ini telah berada di Israel sejak tahun 1974.
Perusahaan saat ini mengoperasikan empat pabrik dan fasilitas pengembangan di Israel. Termasuk membangun pabrik di Kiryat Gat, Israel bernama Fab 28.
Fab 28 merupakan pabrik yang memproduksi teknologi Intel 7, chipset 10nm. Pabrik tersebut mempekerjakan sedikitnya 12.000 pekerja di Israel. Intel secara tidak langsung akan mempekerjakan 42.000 pekerja tambahan di Israel melalui kehadiran pabrik dan fasilitas barunya.
Sebelumnya, pada Juni lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa Intel akan membangun pabrik chipset di negara ini senilai 25 miliar USD.
Lantas apa keuntungan Israel memberikan uang kepada Intel untuk membangun pabrik di wilayahnya?
Masih dari sumber yang sama, pabrik chip Intel di Israel diperkirakan akan memberikan tarif pajak perusahaan Israel hingga 7,5 persen dibandingkan tarif normal sebesar 23 persen. Hal ini sesuai dengan hukum Israel untuk mendorong investasi di bidang pembangunannya.
Pajak rendah ini dimaksudkan untuk menarik lebih banyak bisnis untuk berinvestasi di Israel dan menciptakan lapangan kerja bagi warganya.
Selain itu, dari sudut pandang Intel, komitmennya untuk berinvestasi di Israel menunjukkan kemampuan Israel dalam menarik investasi asing di tengah serangan yang dilakukan di Gaza.