sarkarinaukrirojgar.com, Jakarta – Di era digital, gadget dan perangkat pintar lainnya semakin banyak digunakan oleh anak-anak dan remaja Indonesia.
Ponsel pintar dan laptop digunakan untuk mengikuti kegiatan pembelajaran jarak jauh mulai dari prasekolah hingga pendidikan tinggi. Namun di saat yang sama, berbagai permasalahan muncul akibat intensitas penggunaan perangkat tersebut.
Menyadari hal tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kendikbudristek) menghimbau para orang tua untuk selalu mengawasi anaknya dalam menggunakan gawai.
Ajakan ini disampaikan melalui webinar bersama Dharma Wanita Perempuan (DWP) pada 7 Februari 2024 di Jakarta.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Bidang Pendidikan dan Kebudayaan DWP Franka Makarim menyampaikan bahwa teknologi digital menjadi salah satu sarana untuk memperlancar pertukaran informasi. Namun demikian, menciptakan ekosistem pendidikan digital yang sehat bagi tumbuh kembang anak Indonesia masih menjadi tantangan besar bagi berbagai pemangku kepentingan.
Franka tidak memungkiri bahwa kemajuan teknologi dapat mengoptimalkan pertukaran informasi yang bermanfaat untuk merangsang berpikir kritis dan bernalar anak.
“Di sisi lain, tumbuhnya ancaman siber ketika mengakses Internet menjadikan peran orang tua sangat penting bagi pengguna teknologi digital yang berhati-hati, kritis, dan produktif,” kata Franca, merujuk pada keterangan resminya, Senin (12/2/ 2024).
Selain itu, anak-anak juga memerlukan bimbingan orang dewasa agar dapat mempelajari fitur-fitur yang sesuai dengan kelompok usia dan kebutuhannya.
Dukungan orang tua sangatlah penting, karena pengaruh teknologi tidak dapat sepenuhnya dihindari di era digital.
“Di era sekarang ini, dampak teknologi digital tidak bisa sepenuhnya dihindari.” Namun, sebagai orang tua, kita mempunyai kesempatan dan tanggung jawab untuk berbicara, berdialog, dan memahami penggunaan teknologi oleh anak-anak kita,” jelas Franca.
Menurutnya, kerja sama yang baik antara orang tua dan pendidik diperlukan untuk menciptakan lingkungan digital yang aman bagi generasi mendatang.
Selain itu, kami berharap lingkungan keluarga dan sekolah dapat menjadi tameng untuk melindungi anak dari dampak negatif dunia digital.
“Di tengah tantangan era digital yang semakin meningkat, kita harus bisa saling mendukung, saling memperkaya ilmu, dan tidak malu untuk bertanya. Agar bisa kita manfaatkan di rumah dan di sekolah,” Franca dikatakan.
Sementara itu Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Nunuk Suryani menyampaikan upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam menyediakan konten pembelajaran bagi guru dan siswa.
Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan platform belajar mandiri (PMM). Hal ini merupakan salah satu praktik terbaik pemanfaatan teknologi sekaligus strategi penerapan kurikulum mandiri. Saat ini, 2,6 juta guru menggunakan PMM.
“Pemanfaatan PMM merupakan kontribusi Pemerintah untuk memastikan guru dan siswa di seluruh Indonesia mempunyai akses yang sama terhadap konten pembelajaran kontekstual.” kata Nunuk.
Nunuk menilai perkembangan teknologi digital tidak bisa dihindari. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah terlibat aktif dalam menyusun peraturan agar pelajar dapat menghadapi kemajuan teknologi dengan percaya diri dan bermanfaat.
Selain itu, berbagai kebijakan Kenendikbudristek telah dikeluarkan untuk mengembangkan kompetensi guru. Pembelajaran dengan tujuan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik di era digital.
Dalam konteks pendidikan anak, upaya pemerintah ini tentunya harus dibarengi dengan peran dan literasi orang tua. Menurut Nunuk, literasi tidak hanya soal penggunaan gawai secara bijak, tapi juga pemilihan konten yang tepat.
– Kementerian Pendidikan terus mempercepat pemanfaatan teknologi digital. Oleh karena itu, sebagai orang tua, kita harus memahami kebijakan ini demi masa depan anak-anak kita, tutupnya.