sarkarinaukrirojgar.com, Jakarta – Dua anak muda berbakat asal Surabaya dan Riau, Neilson Soratman dan Shania Siahan sukses mengharumkan nama Indonesia usai menjuarai ajang bergengsi Apple Swift Student Challenge 2024.
Dalam kompetisi tersebut, kedua anak muda ini berhasil mengungguli para kompetitor dalam pengembangan aplikasi inovatif menggunakan bahasa pemrograman Swift.
Memulai perjalanannya di Apple Academy 2022, Shania terinspirasi untuk mengikuti kompetisi yang dibuat oleh Apple ini setelah mendengar cerita beberapa senior dari Apple Developer Academy.
“Saya tertarik karena di Apple Developer Academy kami belajar tidak hanya cara membuat kode, tetapi juga cara membuat aplikasi yang berguna, memahami alasan pembuatan aplikasi dan prosesnya dari perspektif bisnis, desain, dan pengkodean,” kata Shanaia. kepada tim sarkarinaukrirojgar.com.
Sementara itu, Neilson Soratman yang baru saja lulus dari Apple Developer Academy 2023 berbagi pengalaman serupa dengan Shanaiya.
“Awalnya saya mengira akademi hanya fokus pada coding, tapi ternyata tidak hanya itu. Akademi mendorong peserta untuk mengembangkan aplikasi yang memiliki dampak nyata,” ujarnya.
Neilson dan Shanaya mengatakan kepada tim sarkarinaukrirojgar.com bahwa motivasi adalah kunci bagi mereka untuk terus berusaha meski gagal.
Hal tersebut dialami Shanaia dan Nelson saat sebelumnya mengikuti Swift Student Challenge. Shania yang pertama kali berkompetisi pada tahun 2023 ini merasa usahanya belum maksimal karena persiapan yang singkat.
“Pada tahun 2024, dengan lebih banyak waktu untuk mengembangkan ide, saya merasa ada lebih banyak peluang untuk mentransfer ide,” kata mahasiswa Universitas Maritim Raji Ali Haji.
Nelson yang juga gagal pada percobaan pertamanya tidak menyerah. “Saya menyukai tantangannya, dan lingkungan akademis membuat saya semakin tertarik untuk berpartisipasi.”
Meski gagal pada percobaan pertamanya di Apple Swift Student Challenge, Neilson mengaku belajar banyak dan memutuskan untuk mencoba lagi dengan strategi yang lebih baik.
Shania dan Nelson mendapatkan ide untuk aplikasi mereka dari permasalahan sekitar. Shania yang berasal dari Kepri melihat adanya permasalahan pencemaran pantai di wilayahnya.
Oleh karena itu, ia ingin meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai dampak kebiasaan sehari-hari terhadap lingkungan melalui bantuan aplikasi yang ia buat.
“Saya membuat konsep aplikasi bertema perjalanan waktu di mana pemain harus kembali ke masa lalu untuk mencegah kerusakan lingkungan di masa depan,” jelas Shanaiah.
“Pemain harus menyelesaikan tiga misi: mengganti bahan berbahaya dengan yang ramah lingkungan, menjadi pembelanja cerdas dengan menghindari produk berbahaya, dan memanfaatkan sampah plastik menjadi sesuatu yang bermanfaat,” jelas Shanaiah.
Sementara Nelson mendapat ide dari kondisi Surabaya yang sangat panas. Fokusnya adalah isu perubahan iklim dan konsumsi energi.
“Saya percaya bahwa langkah-langkah seperti mengurangi konsumsi listrik dan air sehari-hari adalah tindakan yang dapat dilakukan semua orang untuk membantu mengurangi emisi karbon,” katanya.
Pengembangan aplikasi bukannya tanpa tantangan. Diakui Shanaiya, tantangan utamanya adalah mengemas pesan-pesan lingkungan dalam aplikasi sedemikian rupa sehingga pengguna langsung memahami tujuan dan pesan yang ingin disampaikan.
“Saya memilih fitur-fitur yang dapat dengan cepat diterjemahkan ke dalam aplikasi, seperti mengganti material berbahaya dengan yang ramah lingkungan. Proses ini memerlukan pemilihan teknologi yang tepat untuk setiap fungsi,” kata Shanaiah.
Nelson juga menghadapi tantangan dalam hal konsep dan penelitian. “Meneliti penggunaan listrik dan air serta dampaknya terhadap emisi karbon memerlukan waktu lebih lama dibandingkan mengembangkan aplikasinya.”
Ia menyadari bahwa tantangan utamanya adalah bagaimana mengubah penelitian dan konsep menjadi aplikasi yang dapat dipahami dan memberikan pesan pendidikan kepada pengguna.
Baik Shanaya maupun Nelson memanfaatkan pengalaman dan solusi akademis mereka untuk memecahkan masalah dan mengembangkan aplikasi.
“Sebagai lulusan SMA, saya jarang berhubungan dengan dosen dan kebanyakan mencari solusi sendiri, meski terkadang saya meminta bantuan teman dan mantan mahasiswa untuk teknologi tertentu,” jelas Shania.
Nelson menambahkan, “Selama berada di akademi, saya belajar banyak tentang pemikiran dan teknologi baru dari para guru, yang banyak membantu dalam pengembangan aplikasi.”
Saran dan harapan bagi peserta selanjutnya
Shanaya dan Nelson juga memberikan nasihat berharga kepada calon peserta Swift Student Challenge.
“Selalu berani mencoba tantangan baru dan lebih peka terhadap lingkungan sekitar karena ide seringkali datang dari pengalaman langsung,” saran Shania.
Nelson menyarankan untuk tidak terlalu banyak berpikir dan segera mencobanya. “Percakapan dengan orang lain juga sangat bermanfaat untuk memperkaya ide dan solusi,” imbuhnya.