sarkarinaukrirojgar.com, Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) membeberkan perkembangan terkini terkait Ultra Micro Holding (UMi). Setelah 3 tahun terbentuk, UMi telah mengalami perkembangan yang luar biasa.
Hingga akhir kuartal II-2024, telah berhasil melayani 176 juta nasabah tabungan dan mengintegrasikan lebih dari 36,1 juta peminjam dengan pinjaman dan pembiayaan hingga 622,3 triliun rupiah atau tumbuh 7,7% year-on-year.
“Kontribusi PNM dan Pegadaian terhadap total pinjaman dan keuangan mikro BRI Grup sebesar 20,3% atau meningkat dari sebelumnya sebesar 18,7% pada kuartal II tahun lalu,” kata Direktur Utama BRI Sunarso dalam konferensi pers Public Expose Live. , Kamis (29/8/2024).
Dengan basis finansial yang baik, serta kemampuan BRI dalam melayani masyarakat luas, serta sumber pertumbuhan baru dari kepemilikan ultramikro, BRI optimis dapat terus meraih hasil positif dan berkelanjutan.
BRI memiliki dua strategi pembangunan berkelanjutan di masa depan. Strategi pertama adalah memperkuat nasabah eksisting dengan berbagai program pemberdayaan dan pendampingan. Strategi kedua adalah mencari sumber pertumbuhan baru, dalam hal ini dengan menyasar segmen ultra mikro melalui Holding Ultra Mikro (UMi) bersama Permodalan Nasional Madani (PNM) dan Pegadaian.
Optimisme BRI terhadap pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan tidak lepas dari keberhasilan BRI Group mencatatkan kinerja positif hingga triwulan II tahun 2024. Dengan pertumbuhan yang selektif dan prudent, BRI mampu meraih laba konsolidasi sebesar Rp 29,90 triliun di akhir tahun. . kuartal kedua tahun 2024.
Pencapaian tersebut tidak lepas dari penyaluran utang BRI yang mencapai Rp 1.336,78 triliun atau meningkat 11,20% year-on-year (YoY). Segmen UMKM masih mendominasi penyaluran kredit BRI dengan kontribusi sebesar 81,96% terhadap total penyaluran kredit BRI atau sekitar Rp1.095,64 triliun.
Alokasi kredit yang meningkat dua kali lipat ini membuat aset BRI meningkat 9,54% menjadi 1.977,37 triliun rupiah. Pertumbuhan kredit yang selektif dan prudent berarti perseroan dapat menjaga kualitas kredit yang disalurkan.
“Rasio NPL diproyeksikan meningkat atau menurun dari 14,94% pada akhir triwulan II tahun 2023 menjadi 12,00% pada akhir triwulan II tahun 2024. Sedangkan rasio kredit bermasalah (NPL) berada pada kisaran sebesar 3,05% dengan rasio NPL coverage pada tingkat wajar sebesar 211,60%,” kata Sunarso.
Dari sisi pembiayaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI meningkat 11,61% menjadi 1.389,66 triliun rupiah. Dana hemat biaya atau CASA (Tabungan dan Giro) masih mendominasi struktur DPK BRI, dengan porsi CASA mencapai 63,17% dari total DPK BRI.
Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan anak perusahaan atau BRI Group mencatatkan kinerja positif dan stabil hingga akhir kuartal II 2024.
Dengan pertumbuhan yang selektif dan bijaksana, BRI secara konsolidasi bisa mencapai Rp 29,90 triliun pada Juni 2024. Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan kinerja positif BRI Grup tidak lepas dari peningkatan pembayaran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK). ), yang meningkat untuk kedua kalinya.
Hingga akhir triwulan II tahun 2024, penyaluran pinjaman BRI tercatat sebesar Rp 1.336,78 triliun atau meningkat 11,20% year-on-year (YoY). penyalurannya atau sekitar Rp1.095,64 triliun,” kata Sunarso dalam konferensi pers, Kamis (25/7/2024).
Penyaluran pinjaman meningkat dua digit, aset BRI meningkat pada akhir Juni 2024, aset BRI meningkat 9,54% menjadi kualitas pinjaman Rp 1.977,37 triliun.
“Rasio kredit bermasalah (NPL) tercatat mengalami kenaikan atau penurunan dari 14,94% pada akhir triwulan II tahun 2023 menjadi 12,00% pada akhir triwulan II tahun 2024. Dalam hal kredit bermasalah rasio pinjaman (NPL) ) sekitar 3,05% dengan rasio NPL coverage terjaga pada tingkat wajar sebesar 211,60%,” kata Sunarso.
Dari sisi pembiayaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) BRI meningkat 11,61% menjadi 1.389,66 triliun rupiah. Dana Lancar dan Tabungan (CASA) meningkat 7,66% menjadi Rp 877,90 triliun.
“Dana murah masih mendominasi struktur DPK BRI dengan porsi CASA mencapai 63,17% dari total DPK BRI,” tambah Sunarso.
Sunarso optimistis menghadapi paruh kedua tahun 2024. Hal ini tidak lepas dari kondisi likuiditas dan permodalan BRI yang memadai dengan rasio pinjaman terhadap simpanan (LDR) sebesar 86,59% dan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 25,13%. Dengan likuiditas dan permodalan yang cukup, BRI masih memiliki ruang untuk pertumbuhan yang lebih baik di masa depan.
Sebelumnya, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) atau BRI memperkirakan laba bersih sebesar Rp 60 triliun pada tahun 2024. Alhasil, BRI setidaknya bisa membagikan 70 persen dividen.
Direktur Utama BRI Sunarso mengatakan BRI bisa meraup keuntungan sebesar 60 triliun rupiah. BRI menargetkan kenaikan dividen hingga 70 persen dari keuntungannya.
Misalnya tahun 2024 kita prediksi untung Rp 60 triliun atau berapa pun, 70 persennya akan dibagikan sebagai dividen,” ujarnya dalam Pameran Umum 2023, Kamis (30/11/2023).
Selain itu, BRI juga memperkirakan pembagian dividen pada tahun 2023 dan 2024 bisa mencapai 70 persen dari laba bersih. Jadi, secara teori, berapapun keuntungan yang diperoleh BRI, sebaiknya dibagikan dalam bentuk dividen.
Selain itu, pada tahun ini Bank Rakyat Indonesia optimistis mampu meraup keuntungan sebesar Rp 55 triliun. Bahkan hingga kuartal III 2023 sudah mencapai Rp 44 triliun.
Menurut dia, rasio kecukupan modal (CAR) BRI berada pada angka 27,47 persen dan dinilai masih aman. BRI juga berpeluang kembali membagikan dividen besar kepada pemegang sahamnya untuk tahun buku 2023.
Namun BRI saat ini masih menunggu persetujuan pembagian dividen interim kepada pemegang saham. Biasanya BRI membagikan dua dividen yaitu dividen interim dan dividen final.
Oleh karena itu, kami akan dengan senang hati memberikan dividen interim kepada pemegang saham, jadi minimal dua kali, dividen interim kedua akan kami bayarkan sebelum RUPS, setelah RUPS akan dibagikan, ”ujarnya.