sarkarinaukrirojgar.com, JAKARTA – Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, prevalensi obesitas pada orang dewasa di atas 18 tahun mengalami peningkatan dari 10,5 persen pada tahun 2007 menjadi 21,8 persen pada tahun 2018.
Peningkatan ini menyoroti kebutuhan mendesak akan strategi efektif untuk memerangi masalah kesehatan ini. Obesitas merupakan masalah kesehatan global, kata Wakil Presiden Masyarakat Kajian Obesitas Indonesia (HISOBI), Dr. Gaga Irawan Nugraha, Sp.GK(K). Dan menurut laman Hari Obesitas Sedunia, diperkirakan 1,9 miliar orang akan mengalami obesitas pada tahun 2035. Itu sebabnya, menurut Dr. Gaga, yang sangat penting adalah untuk tidak meremehkan kompleksitas ilmiah penyakit ini.
Ia mengatakan, memahami keseimbangan kekuatan penting untuk mengetahui langkah efektif mengatasi obesitas. “Untuk memahami konsep keseimbangan energi, penting untuk terlebih dahulu memahami bagaimana otak mengontrol nafsu makan dan rangsangan lainnya,” kata Dr. Gaga mengatakan “Menjadi Gemuk, Bukan Sekadar Menghitung Kalori” dalam wawancara media online. peristiwa. Dalam rangka memperingati Hari Obesitas Sedunia 2024 Jakarta, Jumat (3/1/2024).
Dr. Gaga menjelaskan, otak merupakan organ yang mengontrol keinginan makan dan makan seseorang yang dipengaruhi oleh tiga penggerak utama. Pertama, makan secukupnya. Makan dengan seimbang berkaitan dengan hormon yang meningkatkan rasa kenyang dan meningkatkan rasa lapar.
“Leptin meningkatkan rasa lapar. Ghrelin meningkatkan rasa lapar,” kata Dr. Gaga.
Kedua, makan itu enak. Makan makanan yang baik berhubungan dengan dopamin serta reseptor opioid dan cannabinoid. Dopamin ini merangsang atau mendorong seseorang untuk makan.
Pada saat yang sama, reseptor opioid dan cannabinoid menciptakan rasa nikmat saat makan. Misalnya, seseorang akan tetap memakan makanan yang disukainya meskipun sudah merasa kenyang.
Ketiga, fungsi eksekutif, meliputi pengambilan keputusan mengenai makan. Ukuran perilaku mempengaruhi fungsi sistem atau terkait dengan gaya hidup dan kebiasaan makan yang sehat.
Dr. Gaga mengatakan edukasi dan dukungan pencegahan obesitas merupakan langkah penting untuk mengatasi kompleksnya masalah obesitas di Indonesia. Ia mengatakan, terapi nutrisi medis dan olahraga tidak cukup bagi banyak pasien untuk mengendalikan obesitasnya. Faktanya, pasien seringkali memerlukan obat antiobesitas bahkan prosedur pembedahan, seperti bedah bariatrik.
Ia menambahkan: “Perutnya dipotong menjadi dua, sehingga tidak bisa menyerap makanan lebih banyak dan rasa lapar berkurang.”